Muna Barat – Desir angin yang seharusnya menenangkan, berubah menjadi saksi bisu kepiluan dan kemarahan yang membara di Muna Barat. Setelah serangkaian kebakaran besar yang merenggut harapan dan harta benda warga, kekecewaan terhadap Pemerintah Kabupaten Muna Barat tidak dapat lagi dibendung.
Keterlambatan penanganan kebakaran oleh pihak berwenang dan aksi formalitas yang mengikuti bencana, menyulut gelombang kritik pedas dari masyarakat yang merasa terabaikan oleh pemerintah.
Di tengah abu dan puing-puing yang tersisa, kisah tragis terungkap di Desa Latawe, Kecamatan Napano Kusambi. Pada Rabu (14/8) malam, api melahap dua rumah milik Yesman, meninggalkan kerugian yang diperkirakan mencapai 1,5 miliar rupiah.
Namun, bagi warga setempat, kerugian materi hanyalah sebagian kecil dari rasa kehilangan yang dirasakan. Ironisnya, ketika harapan mereka tertuju pada sirine pemadam kebakaran yang diharapkan segera tiba, kenyataan pahit yang datang adalah keterlambatan yang merenggut segalanya.
“Kami sudah berteriak meminta bantuan, tetapi pemadam baru tiba saat rumah-rumah kami sudah hampir habis terbakar. Di mana perhatian pemerintah? Apakah mereka tidak peduli pada keselamatan kami,” ungkap salah satu korban yang enggan disebutkan namanya, Jumat (16/8).
Kata-katanya penuh dengan luka, menegaskan bahwa bukan hanya api yang melahap rumah mereka, tetapi juga harapan akan perlindungan dan perhatian dari pemerintah.
Namun, kebakaran bukanlah satu-satunya api yang berkobar di Muna Barat. Rasa marah dan kecewa semakin membara ketika kehadiran pemerintah daerah justru terlihat lebih cepat setelah bencana terjadi, bukan untuk menanggulangi kebakaran, tetapi untuk menggelar aksi formalitas pemberian bantuan.
Sembako dan barang kebutuhan sehari-hari seperti beras, minyak goreng, dan tikar yang diserahkan oleh pemerintah, dianggap warga sebagai sesuatu yang sepele dibandingkan dengan kehancuran yang mereka alami.
“Apa gunanya mereka datang membawa bantuan kalau semua sudah hancur? Kami butuh tindakan nyata, bukan sekadar pencitraan,” ucap seorang korban lain dengan nada getir.
Pernyataan ini mencerminkan kepedihan yang dirasakan warga, yang merasa hanya dijadikan objek dalam permainan politik dan citra pemerintah.
La Munduru, Ketua Barisan Aktivis Keadilan Indonesia (BAKIN) Sultra, tak tinggal diam melihat kondisi ini. Ia dengan tegas menyoroti apa yang dianggapnya sebagai kegagalan pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Menurutnya, pemerintah daerah lebih memprioritaskan penampilan di depan kamera ketimbang memberikan solusi nyata untuk menghindari bencana serupa di masa depan.
“Ini bukan pertama kalinya terjadi, dan setiap kali, pemerintah hanya datang dengan kamera dan bantuan seadanya. Tidak ada langkah preventif atau peningkatan infrastruktur yang dilakukan setelah kejadian-kejadian ini,” kritik La Munduru dengan nada yang tak kalah keras.
La Munduru kemudian menawarkan beberapa solusi konkret yang menurutnya harus segera diimplementasikan oleh Pemerintah Muna Barat. Pertama, ia menekankan pentingnya peningkatan kesiapsiagaan dan infrastruktur pemadam kebakaran, termasuk penambahan unit dan pelatihan yang memadai bagi personel pemadam.
“Pemerintah harus memperkuat armada pemadam kebakaran dan mempercepat waktu respons. Ini tidak bisa ditunda-tunda lagi,” tegasnya.
Kedua, La Munduru menekankan perlunya edukasi dan pelatihan kepada masyarakat tentang cara menghadapi kebakaran, serta pengadaan alat pemadam api ringan di setiap desa.
“Pemerintah harus menggandeng masyarakat dalam upaya pencegahan, bukan hanya reaksi setelah bencana terjadi,” tambahnya. Menurutnya, keterlibatan aktif warga dalam penanggulangan kebakaran sangat penting untuk mengurangi risiko dan dampak yang lebih besar.
Ketidakpuasan warga kini telah menjelma menjadi pertanyaan besar yang menggema di setiap sudut desa: Apakah pemerintah Muna Barat akan terus mengulangi kesalahan yang sama, atau akankah ada tindakan nyata untuk melindungi warganya dari ancaman kebakaran di masa mendatang?
Dalam serangkaian tragedi ini, harapan warga kini bertumpu pada perubahan yang nyata. Mereka tidak lagi menginginkan janji-janji manis atau bantuan seadanya yang datang terlambat. Mereka menuntut tindakan yang konkret, infrastruktur yang lebih baik, dan kebijakan yang melindungi. Muna Barat tak hanya butuh pemadam yang sigap, tapi juga pemerintah yang benar-benar hadir di saat mereka sangat membutuhkan.
Laporan: Denyi Risman