Kendari – Seperti aliran bensin yang tersendat, kepercayaan para pengemudi ojek online (ojol) di Kota Kendari kini juga tersendat. Setelah ratusan motor mereka mendadak mogok usai mengisi Pertalite, kini mereka dihadapkan pada jawaban yang dianggap menggantung.
Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Sulawesi Tenggara (Sultra) menegaskan bahwa SPBU hanyalah penyalur, bukan produsen BBM. Jika masih ada yang merasa dirugikan, solusi yang ditawarkan: lapor ke 135.
Ketua DPC IV Hiswana Migas Sultra, Rachman Siswanto, menegaskan bahwa SPBU hanya menjual BBM yang dikirimkan oleh Pertamina, sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
“Kami ini cuma operator ya. Artinya kami ini membeli BBM di Pertamina. Kami ini mitra. Kami ini Hiswana adalah organisasi mitra Pertamina. Jadi apa yang kami salurkan ini, kami bukan produsen. Kami tidak memproduksinya. Jadi apa yang kami beli, itulah yang kami salurkan,” ujarnya, Rabu (5/3) malam.
Pernyataan ini semakin menegaskan bahwa jika ada keluhan, tanggung jawab ada di pihak lain. Masyarakat, terutama para ojol yang kini kebingungan, diarahkan untuk menyampaikan aduan mereka langsung ke Pertamina melalui layanan 135.
“Silahkan komplain ke situ, bertanya tentang apa saja pertanyaan yang ingin ditanyakan, yang sekiranya mengganjal hati dan pikiran kita,” tambahnya.
Sementara itu, hasil investigasi Pertamina dan instansi terkait sebelumnya menyatakan bahwa tidak ditemukan indikasi oplosan dalam BBM yang dijual di SPBU Kendari. Pengecekan visual dan uji densitas menunjukkan bahwa Pertalite yang beredar masih sesuai standar.
Namun, di jalanan, cerita lain berkembang. Para pengemudi ojol yang motornya mogok bukan sekadar bertanya-tanya, tapi juga mencari jawaban yang lebih dari sekadar “silakan lapor ke 135.” Sebab, bagi mereka, mesin yang tak lagi menyala bukan sekadar masalah teknis, melainkan pukulan langsung terhadap mata pencaharian mereka.
Editor: Redaksi