Kendari – Hujan deras kembali menguji daya tahan Kota Kendari. Air mengamuk, meluap dari sungai dan merendam pemukiman. Di tengah kondisi itu, Wali Kota Kendari, Siska Karina Imran, dan Wakil Wali Kota, Sudirman, turun langsung ke titik-titik rawan banjir, mencari celah solusi agar musibah tahunan ini tak lagi menjadi momok bagi warga.
Empat lokasi utama menjadi sorotan: Kali Kadia, Tobuha, Sungai Bonggoeya, dan Anaiwoi. Seperti lubang-lubang luka yang kembali menganga setiap kali hujan deras mengguyur, kawasan ini kerap terendam saat debit air meningkat.
“Penanganan banjir menjadi salah satu prioritas utama dalam Program 100 Hari Siska-Sudirman,” tegas Wali Kota, Kamis (13/3).
Janji itu bukan sekadar kata-kata. Pemkot Kendari berencana membangun kolam retensi di titik-titik strategis. Kolam ini diharapkan bisa menjadi kantong penyerap air sebelum kembali mengalirkannya secara perlahan, menghindarkan sungai dari meluap secara tiba-tiba.
Tak hanya itu, Pemkot juga akan melakukan normalisasi sungai dan kali, termasuk pengerukan sedimentasi yang sudah lama mengendap seperti duri dalam daging. “Selain pembangunan kolam retensi, Pemkot Kendari juga berencana melakukan normalisasi sungai dan kali,” terang Siska.
Pembangunan tanggul di beberapa titik juga masuk dalam daftar solusi jangka panjang. Namun, Pemkot sadar bahwa infrastruktur saja tak cukup. Warga harus dilibatkan, sebab banjir bukan hanya tentang air yang meluap, tapi juga tentang kebiasaan menjaga lingkungan.
“Beberapa drainase yang sudah tertutup sedimen juga akan dikeruk secara manual agar aliran air kembali lancar,” tambahnya.
Dalam kunjungan itu, Siska tak sekadar berdiri di pinggir genangan. Ia turun langsung ke pemukiman yang terendam di Jalan Alpukat, Kelurahan Andonohu, mendengar keluh kesah warga yang bosan dengan air yang selalu datang tanpa diundang.
Banjir memang bukan tamu baru bagi Kendari. Namun, kali ini, Siska-Sudirman bertekad menjadikannya sekadar cerita lama. Dengan kolam retensi, sungai yang dinormalisasi, dan warga yang terlibat, mereka berharap hujan deras tak lagi membawa ancaman, melainkan berkah.
Editor: Denyi Risman