Kendari – Gerakan ketahanan pangan siswa-siswi di Sulawesi Tenggara (Sultra) dengan menanam tiga komoditi yakni tomat, cabai dan bawang sukses.
Program yang digagas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra, Yusmin, dan dilaunching oleh Gubernur Ali Mazi di SMKN PP 5 Konawe pada 6 Mei 2023 itu kini mulai membuahkan hasil.
Sejumlah sekolah yang menjalankan program ketahanan pangan itu sudah mulai melalukan panen.
Salah satu yang melakukan panen raya dengan hasil hingga ratusan kilo adalah SMKN 5 Kota Baubau.
Para siswa-siswi dan guru memanen tomat hasil penanama sekitar 280 kilogram. Itu baru dipanen seperempat dari total jumlah tomat yang ditanam sekitar 800 pohon.
“Untuk tomat yang kami panen itu sekitar 280 kilogram yang sudah dipanen, kami perkirakan hasilnnya minimal 1,2 ton (dari 800 pohon yang ditanam),” ungkap Kepala Sekolah SMKN 5 Baubau, LM Fahirin Sjafei kepada Sultranesia, Sabtu (19/8).
Selain tomat, adapula bawanh merah. Namun untuk bawang sekitar 300 pohon baru akan dipanen pada 24 Agustus 2023 nanti yang diperkirakan mencapai 250 kilogram.
Kemudian untuk cabe, Fahirin bilang, masa tanam hingga ke panen memerlukan waktu cukup lama, namun diperkiran bisa dipanen untuk sebagian pada akhir Agustus 2023 ini. “Kami perkirakan hasilnya 1 ton,” katanya.
Fahirin menjelaskan, hasil panen tersebut sebagian dibagikan ke para guru maupun orang tua siswa. “Tapi ada beberapa orang tua siswa yang datang ke sekolah untuk membeli hasil tanaman siswa-siswi kami,” ujarnya.
Selain itu, kata Fahirin, sejumlah pengepul hasil tanaman tomat sudah mulai datang ke sekolah untuk mengecek hasilnya. Jika cocok, maka akan dipasarkan di pasaran luas.
Panen besar juga dilaksanakan di SMKN PP 5 Konawe. Di sekolah itu para siswa dan guru sudah beberapa kali panen tomat yang hasil mencapai ratusan ton.
Panen pertama pertama 20 kg, kedua 30 kg, tiga 45 kg, keempat 55 kg dan panen kelima 70 kg.
“Untuk hasilnya kami bagikan ke masyarakat, orang tua siswa, ada juga yang dijual ke pasaran,” kata Kepsek SMKN PP 5 Konawe, Ikhwal.
Untuk tanaman lain seperti bawang merah dan cabai sama seperti yang lain masih menunggu waktu panen karena masa tumbuh kedua tanaman itu cukup lama.
SMKN 2 Kolaka juga melakukan panen untuk program ketahanan pangan yang digagas Dikbud Sultra. Bahkan sudah empat kali panen tomat, dengan masing-masing hasilnya 10 kilogram.
“Selanjutnya kami akan panen cabai dan bawang merah,” kata Kepsek SMKN 2 Kolaka, Tabing.
Untuk SMKN 2 Kolaka tak hanya menanam tomat, cabai dan bawang saja, beberapa tanaman buah juga ada.
“Rencana juga kami mau panen labu madu, labu biasa, semangka dan melon, hanya saja tidak terlalu banyak, untuk keperluan edukasi saja, semoga penanaman berikutnya kami upayakan maksimalkan,” kata Tabing.
Tak hanya SMK, sejumlah SMA pun sukses memanen tomat pada program ketahanan pangan ini. Salah satunya adalah SMAN 2 Konawe Selatan yang berhasil melakukan panen perdana.
“Untuk panen perdana ini sekitar 40 kilogram tomat. Untuk cabai dan bawah masih menunggu panen,” kata Kepsek SMAN 2 Konawe Selatan, Safari.
Untuk diketahui, penanaman serentak ini merupakan implementasi dari Gerakan Ketahanan Pangan Siswa SMA/SMK se Sultra yang diinisiasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sultra yang melibatkan para siswa sebagai pelaku utama dengan bimbingan guru mulai dari penyemaian hingga penanaman dan pemeliharaan tanaman ini memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Direktur Marketing MURI, Awan Rahargo yang hadir dalam launching program tersebut di SMKN PP 5 Konawe pada 6 Mei 2023 lalu mengatakan bahwa penanaman serentak dengan melibatkan siswa SMK/SMA terbanyak tersebut berhasil memecahkan rekor MURI yang pernah ada sebelumnya.
Piagam penghargaan MURI dengan Nomor:11008/R.MURI/VI/2023 tersebut diberikan kepada Gubernur Sultra Ali Mazi atas rekor Penanaman Sayur sebanyak siswa SMK dan SMK di sekolah terbanyak, yang diserahkan langsung oleh Awan Raharjo mewakili Ketua Umum MURI KP Jaya Suprana.
“Ini adalah sebuah terobosan pemerintah Sultra dalam rangka mendukung program kerja pemerintah pusat di bidang ketahanan pangan, terutama dalam menghadapi inflasi yang diimplementasikan oleh Gubernur Sultra bersama jajarannya melalui penanaman tomat, cabai dan bawang yang melibatkan siswa SMA SMK se Sultra. Harapan kami ke depan kalau program ini dilakukan dengan serius, maka tanaman hortikultura di Sultra menjadi pusatnya program ketahanan di Indonesia,” kata Awan.
Menurut dia, penanaman serentak tersebut sesuai dengan pencatatan rekor MURI, di mana rekor MURI memiliki kriteria yakni superlatif atau yang terbanyak, dan ini dilakukan secara serentak di 17 kabupaten kota se Sultra diikuti 86.000 siswa SMK/SMK dan guru guru SMA/SMK.
“Dan tentunya juga ada 317 ribu jumlah bibit tanaman hortikultura tomat, cabai dan bawang merah yang ditanam secara masal, oleh karena itu MURI mengapresiasi setinggi-tingginya peristiwa pencatatan rekor MURI hari ini, semoga ke depan bisa membangkitkan semangat kebangsaan nasionalisme kita dalam bidang ketahanan pangan,” kata Gubernur.
Dia menambahkan, pencatatan rekor MURI kategori penanaman hortikultura tersebut bukan yang pertama, karena sebelumnya pernah dilakukan di Jawa Barat yakni penanaman hortikultura oleh anggota Pramuka dengan jumlah 15 ribu polybag, kemudian di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah pernah ada rekor MURI penanaman 100 ribu bibit pohon cabai, sehingga rekor MURI yang terbanyak saat ini adalah di Sultra.
“Semoga daerah lain bisa terinspirasi dengan program Gubernur Sultra melalui Dinas Dikbud Sultra,” pungkasnya.
Kadis Dikbud Sultra, Yusmin, berterimakasih atas apresiasi dari pihak MURI yang telah memberikan piagam Rekor MURI kepada Gubernur Sultra atas keberhasilkan penanaman serentak yang melibatkan kurang lebih 90 ribu siswa SMA/SMK tersebut dengan jumlah 317 ribu bibit tanaman holtikultura.
“Tetapi capaian hari ini belum sampai di sini, saya masih punya obsesi besar bahwa gerakan penaman ini akan mencapai target penanaman sejutan bibit pohon cabai, tomat dan bawang dui seluruh SMA/SMK se Sultra,” katanya.
Program yang digagas Dikbud Sultra itu kini telah membuahkan hasil. Selain membawa manfaat, juga untuk menambah wawasan siswa-siswi di bidang pertanian.
Editor: Wiwid Abid Abadi