Berita  

Panas Ekstrem, BPBD Sultra Imbau Masyarakat Tidak Bakar Lahan

Kepala BPBD Sultra, Muhammad Yusup. Foto: Dok. Istimewa.

Kendari – Menyikapi cuaca yang panas ekstrem beberapa hari terakhir di wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sultra mengimbau masyarakat untuk tidak melalukan pembakaran lahan.

Kepala BPBD Sultra, Muhammad Yusup mengatakan bahwa imbauan tersebut guna mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah Sultra yang dapat merugikan masyarakat maupun lingkungan. Pihaknya juga rutin berkoordinasi dengan beberapa pihak dalam menghadapi Karhutla tersebut.

“Kita selalu berkoordinasi dengan beberapa pihak seperti BMKG, tim SAR, dengan TNI/Polri untuk pencegahan dan penanganan Karhutla di Sultra,” ungkapnya di Kendari pada Senin (2/10).

Yusup bilang kebakaran tersebut biasanya terjadi di lahan-lahan pertanian. Kata dia, ada beberapa daerah yang rawan kebakaran hutan yaitu Kolaka Timur (Koltim), Konawe Selatan (Konsel), dan Kolaka Utara (Kolut).

Kasus karhutla pernah terjadi pada tahun 2019 lalu di Kabupaten Koltim, namun masih dalam kategori intensitas rendah atau tidak meluas dan berhasil ditangani BPBD bersama stakeholder terkait.

Pasca tahun tersebut, hingga sampai saat ini belum pernah terjadi lagi kebakaran hutan dan lahan. Namun, Yusup tetap melakukan koordinasi dan upaya pencegahan akan potensi kejadian tersebut.

“Kami mengimbau dan menekankan agar masyarakat tidak melakukan pembakaran usai panen atau pembukaan lahan dengan cara membakar serta tidak membuang puntung rokok di area hutan,” tuturnya.

Senentara itu, Kepala Stasiun Klimatologi Sultra, Aris Yunatas mengatakan bahwa pihaknya telah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi kekeringan metereologis di awal Oktober 2023 di Sultra yang di update pada 30 September 2023.

Kantor BPBD Sulawesi Tenggara. Foto: Dok. Istimewa.

Dari hasil tersebut, beberapa wilayah di 7 daerah berstatus potensi awas, di 10 daerah berstatus siaga, dan di 2 daerah berstatus waspada.

“Biasanya kekeringan itu diikuti dengan berkurangnya persediaan air untuk rumah tangga dan pertanian serta meningkatnya potensi kebakaran semak, hutan, lahan dan perumahan,” tuturnya.

Adapun beberapa wilayah dari 7 daerah yang berpotensi awas tersebut yaitu Kota Baubau terdiri dari Kecamatan Batupoaro, Bungi, Kokalukuna, Lea-Lea, Murhum, Sorowolio, dan Wolio.

Selanjutnya, Kabupaten Bombana terdiri dari Kecamatan Kabaena, Kabaena Barat, Kabaena Tengah, Kabaena Timur, Kabaena Selatan, Kabaena Utara, dan Rarowatu Utara.

Kabupaten Buton di Kecamatan Pasarwajo dan Wabula. Kabupaten Buton Selatan (Busel) di Kecamatan Batauga, Kadatua, Lapandewa, Sampolawa, Siompu, dan Siompu Barat.

Kabupaten Buton Tengah (Buteng) di Kecamatan Lakudo, dan Talaga Raya. Kabupaten Muna di Kecamatan Batalaiwaru, Duruka, Kabangka, Kabawo, Katobu. Serta Kabupaten Wakatobi di Kecamatan Binongko, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Togo Binongko, Tomia, Tomia Timur, dan Wangi-Wangi Selatan.

BMKG mengimbau masyarakat Sultra agar memperhatikan hal-hal yang bisa berdampak pada bencana akbibat kekeringan metereologis tersebut.


ADVETORIAL

error: Content is protected !!