Kendari – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebuayaan (Dikbud) Sulawesi Tenggara (Sultra), Yusmin, memimpin apel akbar siswa-siswi, guru, dan kepala sekolah se-Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi.
Apel akbar tersebut digelar di SMAN 2 Wangi-wangi, Kelurahan Mandati III, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Sabtu (21/10) pagi.
Kegiatan apel akbar ini digelar sebagai rangkaian dari program penguatan moderasi beragama di sekolah-sekolah atas kerjasama Dikbud dan Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Sulawesi Tenggara.
Dalam amanatnya, Yusmin menegaskan bahwa dirinya ingin memastikan moderasi beragama di sekolah-sekolah, khususnya di Wakatobi terus diperkuat.
Hal itu guna mencegah dan menghilangkan hal-hal negatif di lingkungan sekolah, seperti bullying atau perundungan, tawuran antar sekolah, intoleransi maupun radikalisme.
“Saya ingin, anak-anak kita di sekolah-sekolah di Wakatobi menanamkan rasa cinta kasih antar umat beragama, jangan ada lagi perundungan atas nama golongan atau kelompok tertentu, kita semua sama,” ujarnya.
Dalam amanatnya juga, Yusmin memotivasi para siswa agar terus menempuh pendidikan setinggi-tingginya dan jangan mudah menyerah dengan keadaan.
Dia lalu menceritakan masa lalunya ketika masih sekolah, dimana dia juga berasal dari keluarga sederhana di Tomia yang cukup sulit ekonominya, namun tetap semangat menempuh pendidikan hingga bisa menjadi kepala dinas.
“Saya berpesan kepada kalian (siswa-siswi) terus tempuh pendidikan. Jangan mudah menyerah dengan keadaan. Saya juga dulu susah, tapi saya tetap semangat sekolah hingga bisa sampai seperti ini,” katanya di hadapa siswa.
“Saya yakin dari kalian semua nantinya akan ada yang menjadi orang seperti saya, asal tetap semangat dalam menempuh pendidikan,” inbuhnya.
Lalu untuk para guru, Yusmin menegaskan agar para guru benar-benar menjadi orang tua asuh siswa-siswi saat berada di sekolah.
“Saya melihat fenomena ada guru-guru yang datang ke sekolah hanya sekedar saat jam mengajar, setelah itu pulang. Saya ingin itu dirubah. Guru kita harus hadir di sekolah untuk benar-benar menjadi orang tua asuh bagi siswa-siswi kita di lingkungan sekolah,” tegasnya.
“Karena saya melihatnya ketika guru hadir hanya saat jam mengajar lalu pulang, akan menimbulkan skat dan kurangnya pendekatan terhadap para siswa. Di program merdeka belajar sekarang, itu semua harus dirubah,” imbuhnya.
Lalu untuk para kepala sekolah, Yusmin menegaskan agar cepat tanggap respon terhadap keluhan para guru dan siswa kemudian melaporkan ke Dikbud atau Kepala Cabang Dikbud masing-masing.
“Agar hal-hal yang mungkin kita tidak ketahui terkait masalah siswa-siswi dan guru-guru kita segera bisa dicarikan solusi. Contohnya kemarin Leni, siswi SMAN 1 Wangi-wangi Selatan yang keadaannya sangat susah, cepat bisa kita bantu carikan solusi,” katanya.
“Nah saya ingin seluruh kepsek lebih peka terkait hal-hal itu, jangan sampai ada Leni Leni lain yang kita tidak ketahui keadaannya, ini harus jadi perhatian semua kepala sekolah,” tegasnya.
Editor: Wiwid Abid Abadi