Kendari – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Tenggara (Sultra) serius menjajaki kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sultra dalam mengendalikan inflasi.
BI melihat, program ketahanan pangan siswa yang sudah dijalankan Dikbud Sultra dengan menanam cabai, tomat dan bawang merah di lingkungan sekolah sukses, dan berperan penting dalam membantu pengendalian inflasi di Bumi Anoa.
Untuk itu, BI memberi dukungan penuh dengan mensuplay sekitar 300 ribu bibit cabai kepada Dikbud untuk ditanam di sekolah secara serentak.
Kepala Bidang (Kabid) SMK Dikbud Sultra, JH Bawondes mengatkan kerjasama tersebut dilakukan memang sebagai salah satu upaya untuk menekan inflasi.
“Bank Indonesia melihat bahwa sekolah-sekolah ini dapat berpeluang untuk ikut aktif di dalam penekanan inflasi,” kata Bawondes, Jumat (27/10).
Penanaman 300 ribu bibit cabai tersebut, kata dia, bakal dilakukan di seluruh Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) yang berada di Sultra.
“Untuk sementara ini ada sepuluh SMK dulu, di antaranya itu SMK 5 Konawe, SMK 1 Muna Barat, itu yang paling luas lahannya di antara kedua sekolah itu,” jelasnya.
Sementara ini pihaknya masih melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia terkait kapan waktu pelaksanaan penanaman 300 ribu bibit cabai tersebut.
“Jadi harapkan kami, meraka bisa memanfaatkan ini dengan baik juga kepada pemerintah untuk menekan inflasi,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Perwakilan BI Sultra Doni Septadijaya mengaku salut program budidaya produk cabai dan sayur mayur di pekarangan sekolah yang masif digaungkan Diknas Sultra sejak Juni dan kini mencapai panen signifikan.
Program ini, kata Doni, terbukti berhasil menekan inflasi dan menjaga ketahanan pangan lokal selama musim kemarau dampak El Nino.
Hasil panen cabai dan sayur yang melimpah, lanjut dia, membuka membuka peluang bisnis baru bagi siswa siswi sekolah selah satunya lewat kemitraan dengan lembaga Hebitren bentukan BI
“Panennya sekarang bisa kita lihat, ada cabe, tomat, sayur berhasil dibudidaya siswa. Biasanya guru-guru ramai belanja di pasar, sekarang dipenuhi dari hasil pekarangan sekolah,” kata Doni dikutip dari Lajur.co, Senin (16/10).
“Demand turun, harga juga turun, otomatis ini ikut menekan inflasi. Panen yang banyak ini bisa buka akses kolaborasi dengan Hebitren bahkan untuk pasokan ke pasar,” imbuhnya.
Hasil panen siswa dari program budidaya tanaman holtikultura di pekarangan sekolah, kata Doni, dapat menyokong kebutuhan konsumsi komunitas pesantren yang tergabung dalam Hebitren. Pola bisnis ini bisa diperluas untuk kebutuhan suplai ke pasar-pasar tradisional di Sultra.
Doni bilang, kerjasama BI dan Diknas Sultra akan memperluas action program budidaya tanaman holtikultura hingga berkembang menjadi peluang bisnis baru di tingkat sekolah SMA dan SMK.
Laporan: Rijal