Puluhan rumah warga Desa Sangi-sangi, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) Sulawesi Tenggara (Sultra) terendam banjir pada Minggu (3/7).
Selain karena curah hujan yang tinggi, banjir yang pertama kali terjadi di Desa Sangi-sangi itu diduga tak luput dari adanya aktivitas pertambangan di wilayah itu.
Warga desa setempat, Muhammad Roy, menuding banjir di desanya terjadi diduga karena aktivitas PT Gerbang Multi Sejahtera (PT GMS) yang membuka lahan untuk melakukan aktivitas penambangan tepat di belakang pemukiman warga.
“Dari dulu kampung ini tidak pernah banjir biar hujan deras. Ini baru pertama (banjir) sejak PT GMS mulai beraktivitas di belakang pemukiman warga,” kata Roy kepada awak media, Senin (4/7).
Roy menduga penggundulan hutan yang dilakukan PT GMS mengakibatkan kurangnya daya serap air, sehingga satu-satunya Daerah Aliran Sungai di Desa Sangi-sangi tidak mampu menampung volume air akibat hujan yang tinggi.
“Volume air di sungai meningkat, karena daya serap kurang. Bisa kita lihat, gunung di belakang rumah warga hampir gundul. Ini akibat perusahan tidak menerapkan kaidah pertambangan yang baik, hanya mencari keuntungan tanpa memikirkan dampak yang akan di rasakan masyarakat,” jelasnya.
Sebelum terjadinya banjir, pada 18 Mei 2022 lalu Roy mengaku sudah melaporkan PT GMS ke Dinas Lingkungan Hidup Sulawesi Tenggara atas dugaan pencemaran dan perusakan lingkungan namun belum ada tanggapan.
“Saya sudah pernah laporkan PT GMS ke DLH atas dugaan pencemaran di daerah aliran sungai, tapi sampai sekarang tidak ada tindakan. Ini banjir pertama, kalau tetap dibiarkan, pasti terjadi lagi,” pungkasnya.
Sultranesia.com mencoba mengonfirmasi tudingan warga tersebut ke Humas PT GMS, Airin Sakoya, melalui pesan singkat whatsapp pada Selasa (5/7). Namun, hingga berita ini diterbitkan, Airin tak merespon.
Editor: Wiwid Abid Abadi