News  

Aroma Aren di Kaki Gunung Mekongga, Sulawesi Tenggara

Foto: Dok. Aris Daeng.

Kolaka – Gunung Mekongga yang membentang di perbatasan Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, terkenal sebagai salah satu gunung tertinggi Pulau Sulawesi.

Puncak tertinggi gunung Mekongga adalah puncak Masero-sero yang tingginya mencapai 2.620 MDPL. Puncak lainnya di kawasan pegunungan ini merupakan jajaran pegunungan verbeck yang terdiri dari batuan karst dataran tinggi.

Sejarah singkatnya, jalur pendakian Mekongga pertama kali dibuka oleh para kelompok mahasiswa pecinta alam dari Universitas Halu Oleo Kendari pada tahun 1995. Jalur pendakian tersebut hingga sekarang masih menjadi jalur utama oleh para pendaki.

Untuk sampai di puncak membutuhkan waktu 5-6 hari pendakian. Jalur pendakian ini melewati 5 pos dengan titik awal di desa Tinukari, Kecamatan Rante Angin, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Diketahui, nama Mekongga diambil dari nama suku tertua di Sulawesi Tenggara yakni Suku Mekongga. Pegunungan Mekongga menjadi hulu dari ribuan mata air sungai yang mengaliri beberapa kabupaten. Sumber air itulah yang menjadi tumpuan bagi sektor-sektor pertanian.

Selain di puncak, di kaki gunung Mekongga juga terdapat hamparan luas perkebunan coklat dan cengkeh milik warga. Selain itu, salah satu yang menarik dan menjadi komoditi adalah gula aren, atau gula merah.

Aroma Gula Aren

Salah seorang fotografer di Sulawesi Tenggara, Aris Daeng, mengabadikan bagaimana masyarakat mengolah air aren menjadi gula merah.

Menurut Aris, salah satu yang memproduksi gula merah adalah masyarakat Desa Langgomali Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka. Komoditas unggulan masyarakat setempat adalah gula merah (Gula Aren) yang turun temurun hingga saat ini masih terus dilakukan.

Bagi masyarakat Wolo, membuat gula merah merupakan salah satu mata pencarian selain mengolah sawah, dan hampir di semua desa yang ada di kecamatan ini warganya ikut mengolah aren menjadi gula merah

Banyaknya jumlah pohon aren yang mudah mereka temukan akan sangat memberikan dampak jika itu diolah dengan baik, namun di balik banyaknya pohon Aren yang bisa mereka olah menjadi gula merah juga tidak terlepas dari minimnya bahan kayu bakar yang mereka butuhkan

Untuk membuat gula merah, kata Aris, dalam sehari dibutuhkan 40 hingga 50 liter air nira yang yang direbus selama 10 jam hingga mengental agar mudah untuk dicetak dan hanya menggunakan kayu sebagai bahan bakar utama.

Berikut foto-foto pembuatan gula aren yang diabadikan Aris Daeng:

Foto: Dok. Aris Daeng
Foto: Dok. Aris Daeng.
Foto: Dok. Aris Daeng.
Foto: Dok. Aris Daeng.
Foto: Dok. Aris Daeng.

Editor: Wiwid Abid Abadi

error: Content is protected !!