News  

Bank Indonesia-Dikbud Sultra Panen Raya Cabai Hasil Pertanian Siswa

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara (Sultra) Doni Septadijaya bersama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi, Yusmin, melakukan panen raya cabai hasil pertanian siswa SMKN PP 5 Konawe pada Rabu (13/9). Foto: Wiwid Abid Abadi/Sultranesia.

Kendari – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara (Sultra) Doni Septadijaya bersama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi, Yusmin, melakukan panen raya cabai hasil pertanian siswa SMKN PP 5 Konawe pada Rabu (13/9).

Selain memanen cabai, keduanya juga melakukan penanaman Jagung Ketan dan Jagung Manis jenis Kumala F1 serta menanam Pakcoy jenis Nauli F1.

Kepala SMKN PP 5 Konawe, Ikhwal Khoir, mengatakan, cabai yang dipanen hari ini sekitar 4.500 pohon. Kata dia, untuk cabai jenis Dewata ini bisa dipanen sampai delapan kali, dan panen kali ini merupakan yang ketiga kalinya.

“Panen pertama dan kedua hasilnya itu sekitar 200 kilogram, untuk hari ini sekitar 500 kilogram. Kalau sampai delapan kali panen, dari 4.500 pohon cabai bisa kita dapat sekitar 2 ton,” kata Ikhwal ditemui di lokasi panen raya.

Selain memanen cabai, sekolah tersebut juga telah memanen tomat dan bawang yang hasilnya mencapai 1 ton lebih.

“Yang lebih dulu dipanen itu tomat sama bawang. Tomat itu sekitar 2.000 pohon hasilnya 1,2 ton. Bawang sekitar 300 pohon menghasilkan 70 kilogram,” ungkapnya.

Ikhwal bilang, hasil pertanian siswa itu ada yang dibagikan ke warga lingkungan sekolah, adapula yang dijual ke warga sekitar dan di pasar-pasar yang berada di sekitar Konawe.

Uang hasil penjualan, lanjut Ikhwal, dikelola oleh para siswa sendiri, ada yang digunakan untuk membiayai kegiatan siswa di sekolah, dan juga untuk biaya produksi selanjutnya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara Doni Septadijaya mengapresiasi program ketahanan pangan Dikbud Sultra. Bahkan dia tak menduga, pengendalian inflasi bisa dilakukan di lingkungan sekolah.

“Kami melihat secara makronya bahwa pengendalian inflasi di Sultra tidak terduga-duga ternyata bisa dilakukan di lingkungan sekolah dalam pengawasan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra,” kata Doni

Doni bilang, program ini merupakan trobosan yang luar biasa, dan bisa menjadi contoh daerah lain dalam upaya pengendalian inflasi.

“Ini merupakan sebuah terobosan yang luar biasa, karena biasanya untuk pengendalian inflasi kami harus berkoordinasi dengan Dinas Pertanian, Dinas Ketehanan Pangan, namun di Sultra cukup dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,” ujarnya.

Bahkan Doni sampai bilang bahwa terobosan Dikbud Sultra ini bukan lagi sebagai program ketahanan pangan, melainkan sudah program kemandirian pangan.

“Ternyata untuk pemenuhan kebutuhan komoditas strategis, seperti tomat, cabai dan bawang merah bisa dipenuhi dari SMA-SMK yang ada di Sultra, dan potensinya luar biasa, ada ratusan. Saya rasa ini bukan program ketahanan pangan lagi, tapi ini sudah merupakan program kemandirian pangan,” katanya.

Doni juga menyebut bahwa program ini sangat-sangat membantu pengendalian inflasi di daerah.

“Inflasi itu kan dihitung dari nilai konsumsi, konsumsi itu adalah harga yang dibayar oleh masyarakat, dan masyarakat ini salah satunya adalah guru dan orang tua siswa, sehingga kalau kebutuhan (cabai, tomat, bawang) para guru dan orang tua siswa bisa dipenuhi, InshaAllah harga-harga yang ada di pasar itu akan menyesuaikan, karena permintaannya tentu saja berkurang, dengan dimen yang berkurang, dan suplay yang besar, InshaAllah harga-harga akan stabil bahkan cenderung rendah,” ungkapnya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara (Sultra) Doni Septadijaya bersama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi, Yusmin, melakukan panen raya cabai hasil pertanian siswa SMKN PP 5 Konawe pada Rabu (13/9). Foto: Wiwid Abid Abadi/Sultranesia.com.

Untuk mendukung program Dikbud Sultra ini, Bank Indonesia Perwakilan Sultra akan membantu menyuplai pupuk organik yang diambil dari mitra Bank Indonesia.

“Kita masih fikir (bantuan) yang efektif seperti apa. Kalau dalam jangan waktu dekat, karena di sini kami punya mitra pesantren yang memproduksi pupuk organik, Inshaallah kami akan bantu suplay pupuk organiknya,” pungkasnya.

Di tempat yang sama Kepala Disdikbud Sultra, Yusmin, mengatakan bahwa bukan hanya SMKN PP 5 Konawe saja yang sudah panen, sejumlah sekolah di daerah lain juga sudah panen.

“Di Bau-bau, Muna, Kolaka, dan sekolah-sekolah di semua kabupaten sudah persiapan mau panen untuk cabai dan bawang. Kalau untuk tomat sudah panen lebih dulu. Ada yang hasilnya 1,2 ton per sekolah,” kata Yusmin.

Yusmin menegaskan program ketahanan pangan siswa ini harus terus berlanjut, tujuan besarnya yakni membantu pemerintah mengendalikan inflasi daerah harus terus berjalan, minimal dengan memenuhi kebutuhan cabai, tomat, dan bawang para siswa, orang tua dan para guru.

Program ketahanan pangan siswa ini juga sangat relevan dengan program Merdeka Belajar yang digalakkan Kementrian Pendidikan.

“Program ini harus berkelanjutan terus menerus, sebab minimal kebutuhan guru-guru dan orang tua siswa kita terpenuhi,” katanya.

“Siswa kita sekarang ada sekitar 120 ribu, ditambah guru 12 ribu, jadi komunitas kita di dunia pendidikan Sultra saja sekitar 132 ribu, dan untuk kebutuhan 132 ribu warga Sultra itu bisa dipenuhi dari hasil pertanian siswa-siswi kita,” pungkasnya.

Diketahui, panen raya ini merupakan hasil dari program ketahanan pangan siswa yang digagas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra yang dilaunching beberapa bulan lalu dan memperoleh rekor MURI untuk kategori penanaman sayur terbanyak yang dilakukan oleh siswa.


Editor: Wiwid Abid Abadi

error: Content is protected !!