Kendari – Ketua Paguyuban Jawa Timur (Jatim) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Harry Purwanto, mengajak masyarakat untuk menjadikan kasus yang menimpa guru honorer Supriyani sebagai pelajaran untuk saling memaafkan dan memperkuat ikatan sosial.
Supriyani, guru di Konawe Selatan, sempat berurusan dengan hukum setelah dituduh memukul muridnya, yang merupakan anak seorang anggota polisi. Kasus ini akhirnya berakhir damai setelah upaya mediasi dilakukan oleh pihak berwenang.
Harry Purwanto menyampaikan imbauan ini ketika ditemui oleh awak media beberapa waktu lalu. Ia mengungkapkan bahwa kasus tersebut menjadi contoh penting akan kekuatan dialog dan saling pengertian antara kedua pihak yang terlibat.
Menurutnya, konflik semacam ini dapat menjadi pemicu perpecahan, tetapi dengan sikap saling memahami dan kesediaan untuk memaafkan, masyarakat dapat menciptakan suasana yang lebih harmonis.
“Kita semua belajar dari kasus Bu Supriyani bahwa masalah dapat diselesaikan dengan cara yang damai dan tidak perlu memperpanjang konflik,” kata Herry, Sabtu (9/10).
“Saling memaafkan dan mencari pemahaman bersama adalah kunci, terutama dalam lingkungan pendidikan. Guru, siswa, dan orang tua memiliki peran masing-masing untuk menjaga hubungan yang sehat dan harmonis,” sambungnya.
Harry juga mengingatkan bahwa profesi guru perlu dihargai karena mereka memiliki peran penting dalam membangun karakter anak bangsa.
“Guru itu manusia biasa dengan segala keterbatasannya. Saat terjadi konflik, kita harus melihatnya dari berbagai sisi dan mencari penyelesaian yang tidak menyisakan luka berkepanjangan,” katanya.
Dia menambahkan bahwa peristiwa ini seharusnya menjadi momentum bagi masyarakat untuk lebih menghargai peran pendidik sekaligus menguatkan komunikasi antara guru, murid, dan orang tua.
Sebagai sebuah komunitas yang hidup dalam keberagaman, masyarakat Sulawesi Tenggara diharapkan terus menumbuhkan sikap toleransi dan saling memaafkan demi menciptakan kedamaian bersama.
Harry juga mengajak masyarakat untuk menjadikan kasus Supriyani sebagai pelajaran penting bahwa dialog dan pengertian adalah jalan terbaik dalam menyelesaikan perbedaan. Menurutnya, setiap konflik, besar atau kecil, dapat diselesaikan dengan sikap saling memaafkan.
“Mari kita jaga kebersamaan ini, baik di lingkungan pendidikan maupun dalam masyarakat luas. Saya yakin, jika semua pihak berkomitmen untuk saling menghormati dan memaafkan, kehidupan sosial kita akan menjadi lebih sejahtera,” tutup Harry.
Imbauan dari Harry Purwanto ini disambut baik oleh berbagai kalangan, terutama di lingkungan pendidikan.
Mereka menilai, pendekatan damai dan saling menghargai merupakan langkah tepat untuk menjaga stabilitas dan keharmonisan sosial di tengah masyarakat. Rilis.
Editor: Muh Fajar