Berita  

BPBD Sultra Edukasi Kesiapsiagaan Bencana ke Pelajar SMA di 5 Kabupaten

Sosialisasi kesiapsiagaan bencana kepada pelajar oleh BPBD Sulawesi Tenggara. Foto: Dok. Istimewa.

Kendari – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar sosialisasi tanggap bencana dan mitigasi risiko bencana kepada pelajar SMA/SMK se-derajat yang ada di 5 kabupaten di Sultra melalui program sosialisasi edukasi satuan pendidikan aman bencana (SPAB).

Kegiatan sosialisasi ini merupakan bagian program strategis BPBD Provinsi Sultra yang digelar pada 2023 ini. Hal ini pun sejalan dengan arahan presiden Joko Widodo soal penguatan pemahaman mitigasi bencana serta kesiapsiagaan dan peringatan dini bencana pada anak usia dini.

Kepala Pelaksana BPDB Provinsi Sultra Muhammad Yusuf menjelaskan bahwa pada 2023 ini ada lima kabupaten yang menjadi sasaran sosialisasi yakni Buton, Buton Tengah (Buteng), Muna Barat (Mubar), Konawe dan Kolaka.

Kemudian pada 2022 lalu juga sudah dilaksanakan di Kota Kendari, Baubau, Kabupaten Bombana, Muna, Wakatobi, Kolaka Utara dan Kabupaten Kolaka Timur. Sebagai kewenangan provinsi BPBD Sultra hanya melaksanakan sosialisasi pada tingakat SMA/SMK se-derajat sedangkan untuk tingkat di bawahnya yakni PAUD, SD, SMP/MTs se-derajat pihaknya mendorong BPBD Kabupaten/kota menggelar hal serupa.

Menurutnya, penanggulangan dan kesiapsiagaan terhadap bencana harus dipahami dan diketahui oleh semua pihak, sebab hal ini tidak hanya berdampak pada satu kelompok tapi seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Apalagi Indonesia menjadi salah satu negara dengan ancaman bencana alam yang cukup tinggi.

Di Sultra bencana alam yang sering terjadi adalah gempa bumi, banjir, longsor dan angin puting beliung. Meski demikian, gempa bumi menjadi salah satu ancaman yang cukup besar potensinya, karena terjadi hingga berapa kali dalam satu tahun. Belum lagi pada 2022 lalu terjadi gempa di wilayah Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe dengan magnitudo 4,9 akibat aktivitas sesar lawanopo.

“Berbicara soal bencana itu dampaknya luas, jadi sejak dini kita harus sudah paham dan mengerti perihal kesiapsiagaan bencana terutama bagaimana diri kita bisa mengevakuasi diri sendiri sebelum mengevakuasi orang lain,” kata Muhammad Yusuf.

Kepala BPBD Sultra, Muhammad Yusuf. Foto: Dok. Istimewa.

Pj Bupati Buteng ini juga menegaskan bahwa upaya ini juga menjadi salah satu cara membantu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam menyampaikan informasi dan edukasi kepada masyarakat sekitar, terutama pelajar.

Di Kabupaten Mubar BPBD Provinsi Sultra menggelar sosialisasi edukasi SPAB di Aula Kantor Bupati Mubar pada Sabtu (18/3) yang diikuti 100 orang pelajar SMA.

Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Usman menyampaikan SPAB merupakan salah satu program edukasi tentang penanggulangan resiko bencana. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka persiapan menghadapi bulan bakti pengurangan resiko bencana (DRB) pada bulan Oktober mendatang di Sultra/
Berdasarkan hasil pengamatan BPBD Provinsi Sultra Mubar  adalah salah satu kabupaten yang rawan bencana terutama banjir dan angin puting beliung.

Pj Bupati Mubar, Bahri mengapresiasi kegiatan tersebut. Kata dia SPAB menjadi salah satu program yang penting dilakukan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan dasar bidang untuk menjamin perlindungan masyarakat.

Bahri menyebut, perlu dilakukan langkah antisipasi terhadap kesiapsiagaan bencana. Tujuannya untuk meminimalisir jumlah korban dan kerugian pascabencana. Sehingga peran semua pihak terutama BPBD bersama stakeholder terkait adalah memastikan serta mengidentifikasi bencana, menyiapkan dana bencana dan menjadikan risiko bencana dalam rencana pembangunan dan investasi.

Selanjutnya di Kabupaten Konawe, BPBD Sultra juga menggelar SPAB pada 20 Maret 2023. Kegiatan ini juga diikuti oleh siswa dan guru dari sejumlah sekolah di Kota Unaaha, Konawe.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logisitk BPBD Sultra, Dedet Inary Yusta, menjelaskan sekolah merupakan kelompok yang sangat potensi terhadap bencana, sehingga kesiapsiagaan terhadap bencana perlu dipahami dengan baik.

Kata dia, salah satu hal penting adalah integrasi bangunan sekolah untuk siap menghadapi bencana guna mengurangi risiko korban. Contohnya, adalah seluruh pintu sekolah harus membuka keluar dan bangunan yang dua lantai sebaiknya tidak menggunakan tangga gantung.

Selain itu, sekolah wajib menyiapkan jalur evakuasi agar siswa dan guru saat terjadi bencana sudah tahu jalur mana yang akan dilewati menuju titik kumpul.
Selain di Mubar dan Konawe kegiatan sosialisasi serupa juga digelar di Kabupaten lain dengan jumlah peserta setiap kabupaten 100 orang dan dipusatkan kegiatannya di satu tempat.

Dalam sosialisasi kepada pelajar SMA BPBD Provinsi menyampaikan tips bagaimana mengevakuasi diri saat terjadi gempa bumi. Misalnya, pelajar harus mengetahui bahwa tas ransel merupakan salah satu alat pelindung diri ketika terjadi gempa untuk melindungi kepala.

Kemudian disampaikan pula dalam kondisi gempa bumi perlu diperhatikan adalah melindungi kepala, masuk ke bawah meja, menghindari kaca serta mencari tempat terbuka seperti lapangan. Namun, yang paling penting adalah tidak lari saat gempa masih berlangsung dan tidak perlu panik. Setelah guncangan gempa redah sebisa mungkin mencari daerah terbuka untuk terhindar dari runtuhan bangunan, pohon dan semacamnya.


ADVETORIAL

error: Content is protected !!