Demo Tolak Eksekusi Lahan di Kendari Berujung Ricuh, Massa Diduga Dipukul Pegawai Pengadilan

Seorang peserta aksi mengalami luka di bagian kepala hingga wajahnya dipenuhi darah, diduga akibat pemukulan saat demonstrasi penolakan eksekusi lahan di depan Pengadilan Negeri Kendari, Senin (26/5). Foto: Dok. Istimewa.

Kendari – Aksi demonstrasi yang digelar oleh Forum Pribumi Mengugat di depan kantor Pengadilan Negeri (PN) Kendari, Senin (26/5), berakhir ricuh.

Sejumlah peserta aksi mengalami luka-luka yang diduga akibat pemukulan oleh pegawai PN Kendari.

Aksi berlangsung di halaman kantor PN Kendari yang beralamat di Jalan Mayjen Sutoyo, Kelurahan Tipulu, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari.

Massa menuntut kejelasan terkait dugaan arogansi Ketua PN Kendari serta menolak rencana eksekusi lahan eks PGSD di Kota Kendari.

Situasi sempat memanas saat massa memblokade jalan dan terlibat aksi saling dorong dengan aparat keamanan.

Ketegangan kian meningkat karena Ketua PN Kendari tidak kunjung keluar menemui massa, meskipun demonstrasi telah berlangsung selama beberapa jam.

Perwakilan keluarga ahli waris lahan eks PGSD, Dedi Walengeke, membenarkan adanya tindakan kekerasan terhadap massa.

“Iya ada yang luka, diduga  dipukul sama orang PN Kendari. Orangnya kami tandai hanya kami tidak tau namanya,” ujar Dedi kepada awak media saat ditemui di halaman kantor pengadilan.

Ia menegaskan bahwa pihaknya akan melaporkan dugaan pemukulan tersebut ke pihak kepolisian.

“Dan ini kami akan lanjutkan di aparat yang berwajib. Sekarang mereka masih bawa di Puskesmas,” ungkapnya.

Dedi menjelaskan bahwa aksi tersebut semata-mata bertujuan membuka ruang dialog dengan pihak PN Kendari untuk mencari kejelasan atas persoalan lahan.

Namun, menurutnya, upaya itu tidak direspons oleh pimpinan pengadilan.

“Tujuan kami sebenarnya hanya ingin diskusi agar persoalan ini terang benarang. Tapi kepala PN Kendari tidak mau menemui kami,” jelasnya.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak PN Kendari belum memberikan pernyataan resmi terkait insiden yang terjadi.


Editor: Redaksi

error: Content is protected !!