News  

Diguncang Rentetan Gempa, Bendungan Ladongi dan Ameroro Aman!

Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Foto: Dok. Istimewa.

Kendari – Sejak beberapa hari terakhir, sejumlah wilayah di Sulawesi Tenggara (Sultra) diguncang rentetan gempa tektonik dengan kekuatan bervariasi. Hingga 29 Januari 2024 pada pukul 10.30 WITA saja, sudah terjadi 146 kali gempa, di mana 18 di antaranya dirasakan nyata.

Menurut analisa BMKG, pusat gempa berada di Tenggara Lalolae, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), yang menjadikan masyarakat daerah ini paling banyak merasakan getaran.

BMKG menyebut, rentetan gempa ini diakibatkan dari adanya aktivitas Sesar Kolaka.

Gempa yang berpusat di Kolaka Timur ini juga dirasakan di sejumlah daerah, di antaranya Kolaka, Konawe, Konawe Selatan dan Kota Kendari.

Terkait adanya rentetan gempa yang terjadi, lantas bagaimana kondisi dua bendungan, yakni Bendungan Ladongi di Kolaka Timur dan Bendungan Ameroro di Konawe.

Kepala Unit Pengelola Bendungan (UPB) Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi IV Kendari, Sunoto Prayitno, mengatakan, sejak gempa pertama terjadi pihaknya langsung melakukan pemeriksaan luar biasa terhadap dua bendungan tersebut.

Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Menteri PUPR Nomor: 08/SE/M/Tahun 2022 tentang Plpedoman pemeriksaan luar biasa bendungan pasca gempa.

Hasil pemeriksaan luar biasa itu, kata Sunoto, kedua bendungan tersebut masih dalam kondisi sangat aman. Tidak ditemukan adanya pergerakan konstruksi di dua bendungan tersebut.

“Kami sudah melakukan pemeriksaan luar biasa, baik di tubuh bendungan, sandaran bendungan, di terowongan, lalu hidromekanikal serta intake,” kata Sunoto kepada Sultranesia.com, Rabu (29/1).

“Kami sudah melakukan identifikasi secara keseluruhan di Bendungan Ladongi dan Ameroro, dan kondisinya itu masih aman semua, belum ada pergerakan,” sambungnya.

Sunoto mengatakan, pihaknya terus berkoodinasi dan mengupdate informasi dari BMKG, informasi sekecil apapun dari BMKG, akan langsung ditindaklanjuti dengan melakukan pengecekan lapangan.

“Kami mengupdate terus informasi sekecil apapun dari BMKG terkait kekuatan gempa, dan getaran-getarannya. Kemudian, atas dasar itu kami mengcek, memeriksa secara detail terkait kondisi bendungan,” ungkapnya.

“Artinya setiap kejadian yang ada, kami langsung melakukan inspeksi secara langsung dan menyeluruh,” inbuhnya.

“Informasi dari BMKG terkait kekuatan gempa mencapai 5,1 SR pagi tadi juga langsung kami tindak lanjuti dengan pemeriksaan luar biasa di bendungan, dan hasilnya masih aman,” tegasnya.

Sunoto juga menjelaskan bahwa bendungan tersebut sudah dilengkapi dengan Early Warning System atau EWS yang langsung merekam dan menyampaikan kekuatan getaran gempa.

Pemantauan luar biasa kondisi bendungan. Foto: Dok. Istimewa.

Jika kekuatan gempa sudah melebihi ambang batas aman, maka alarm yang dipasang di beberapa titik EWS di sekitar bendungan akan berbunyi.

Selain adanya Early Warning System di bendungan, BWS juga menyiagakan petugas. Petugas akan memantau aktivitas bendungan secara langsung selama 24 jam.

Sunoto mengatakan, konstruksi bendungan tersebut memang sudah dirancang untuk tahan getaran gempa pada skala kekuatan tertentu.

Sampai saat ini, kata Sunoto kembali menginformasikan bahwa kedua bendungan tersebut masih dalam kondisi aman.

Untuk itu, pihaknya mengimbau masyarakat agar tidak mudah terpengaruh terprovokasi oleh isu-isu dan informasi di media sosial yang belum terkonfirmasi kebenarannya.

Pihak BWS dan BMKG akan terus memberikan informasi kepada masyarakat terkait kondisi yang terjadi saat ini.


Editor: Wiwid Abid Abadi

error: Content is protected !!