Daerah  

Dikbud Sultra Sosialisasi Cegah Stunting ke Pelajar di Kolut, Dibuka Pj Bupati

Pj Bupati Kolaka Utara, Yusmin, bersama ratusan pelajar SMA dan SMK dalam sosialisasi pencegahan stinting. Foto: Dok. Istinewa.

Kendari – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar sosialisasi pencegahan stunting di kalangan pelajar di Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) pada Sabtu (28/9).

Kegiatan yang diikuti oleh ratusan pelajar SMA dan SMK itu digelar di Aula Hotel Utama Lasusua dan dibuka oleh Pj Bupati Kolut, yang juga Kadis Dikbud Sultra, Yusmin.

Kegiatan itu juga menghadirkan sejumlah pemateri, salah satunya adalah dr Syarif Nur, yang juga Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kolaka Utara.

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran generasi muda mengenai bahaya stunting dan pentingnya mencegah pernikahan dini, yang menjadi salah satu penyebab utama stunting di daerah tersebut.

Penjabat Bupati Yusmin dalam sambutannya menegaskan bahwa pernikahan dini menjadi salah satu tantangan besar dalam upaya pemerintah mengurangi angka stunting di Kolaka Utara.

Menurutnya, anak-anak yang lahir dari pasangan yang menikah di usia dini lebih rentan terkena stunting akibat kurangnya kesiapan fisik dan mental orang tua.

“Stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga berdampak pada kualitas hidup generasi mendatang. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa pelajar, sebagai generasi muda yang akan menjadi orang tua di masa depan, memahami bahaya pernikahan dini,” kata Yusmin.

Yusmin juga menyoroti tingginya angka kekerasan terhadap anak dan pernikahan dini di wilayah tersebut. Dia menggarisbawahi bahwa pernikahan dini berkontribusi pada kondisi stunting karena orang tua muda seringkali tidak siap secara fisik maupun finansial untuk merawat anak-anak mereka dengan optimal.

“Banyak anak-anak kita yang lahir dari pernikahan dini menjadi korban stunting karena orang tuanya belum siap secara fisik dan ekonomi untuk merawat mereka. Ini menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya angka stunting di Kolaka Utara,” jelasnya.

Yusmin menegaskan bahwa upaya pencegahan stunting tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah, tetapi harus melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk para pelajar.

Dia juga mengajak seluruh pihak untuk mendukung program pencegahan pernikahan dini dan memberikan pendidikan kesehatan yang lebih baik kepada anak-anak.

“Saya ingin para pelajar di sini menjadi agen perubahan. Kalian yang paling bisa memberi pengaruh besar kepada teman-teman, keluarga, dan lingkungan kalian. Jangan biarkan pernikahan dini merusak masa depan kalian dan generasi berikutnya,” pungkas Yusmin.


Editor: Wiwid Abid Abadi

error: Content is protected !!