Kendari – Sulawesi Tenggara saat ini memasuki babak baru dalam dinamika politiknya dengan adanya persaingan sengit untuk posisi Ketua DPRD Provinsi.
Tiga calon utama yang mengikuti fit and proper test untuk posisi tersebut adalah Sudarmanto Saeka, La Ode Tariala, dan Hartini Aziz.
Menurut Awaluddin Maruf, seorang pengamat politik lokal, hasil akhir pemilihan Ketua DPRD ini akan sangat bergantung pada mekanisme internal partai-partai pengusung.
Awaluddin menjelaskan bahwa keputusan partai dalam menentukan Ketua DPRD dipengaruhi oleh berbagai faktor.
“Jumlah suara yang diperoleh, pengalaman dan kapasitas kepemimpinan, serta keterwakilan gender merupakan elemen penting dalam keputusan ini,” ujar Awaluddin.
Meskipun jumlah suara menjadi indikator utama, pengalaman dan kemampuan leadership juga memainkan peranan signifikan dalam penilaian partai.
Hartini Aziz, yang saat ini menjadi salah satu kandidat terkuat, mendapatkan perhatian khusus dari Awaluddin. Sebagai figur baru di Partai NasDem, Hartini berhasil meraih suara terbanyak pada pemilu baru-baru ini.
“Hartini bisa jadi diusung karena kemampuannya mewakili keterwakilan gender,” kata Awaluddin.
Meskipun demikian, ia juga menyoroti adanya kemungkinan pengaruh lobi dari suaminya, Bupati Kolaka Timur, Aziz, yang merupakan tokoh berpengaruh di NasDem Sulawesi Tenggara.
Awaluddin juga mencatat bahwa Sudarmanto, sebagai tokoh incumbent dengan pengalaman politik yang luas, juga memiliki peluang besar.
“Sudarmanto memiliki keunggulan dalam hal pengalaman dibandingkan Hartini,” tambahnya. Namun, meskipun pengetahuan mendalam tentang Hartini belum sepenuhnya terungkap, suaranya yang tinggi merupakan modal utama yang membuatnya diusung oleh NasDem.
Dalam lanskap politik Sulawesi Tenggara yang masih sangat dipengaruhi oleh elit lama, sebagaimana diungkapkan oleh Efrianto, seorang akademisi politik, terdapat ketergantungan pada tokoh sentral yang menghambat perkembangan ide dan program inovatif.
Efrianto menyebutkan bahwa fokus yang berlebihan pada individu pemimpin mengalihkan perhatian dari kebijakan substantif.
“Politik di Sulawesi Tenggara sangat personal, dan orang lebih tertarik pada siapa yang memimpin daripada pada ide atau program yang diusung,” jelas Efrianto.
Meskipun demikian, kehadiran tokoh-tokoh baru seperti Hartini Aziz membawa harapan untuk penyegaran. Hartini, yang berhasil meraih 23.696 suara, memanfaatkan dukungan mesin politik NasDem untuk meraih hasil signifikan.
Efrianto menilai bahwa keberhasilan Hartini tidak terlepas dari peran aktif partai politik dalam mendukung kandidat mereka.
Namun, tokoh-tokoh baru seperti Hartini menghadapi tantangan besar dalam menghadapi struktur politik yang telah lama terbentuk. “Masalah utama bagi tokoh baru adalah bagaimana mereka dapat beradaptasi dan bertahan dalam struktur politik yang kaku,” ungkap Efrianto.
Prospek jangka panjang Hartini Aziz sangat tergantung pada kinerja partai NasDem dan stabilitas kepemimpinan partai. Efrianto menyarankan agar Hartini memperkuat dukungan partai dan menjaga hubungan dengan konstituennya, serta fokus pada isu-isu lokal.
“Politisi yang sukses adalah mereka yang mampu merawat dan memanfaatkan hubungan dengan konstituen mereka dengan baik,” tegas Efrianto.
Persaingan ketat untuk posisi Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara antara Hartini Aziz dan kandidat lainnya seperti Sudarmanto Saeka dan La Ode Tariala akan menentukan arah politik daerah ini ke depan. Masing-masing kandidat memiliki potensi besar dan dukungan yang kuat.
“Ketiga kandidat ini memiliki peluang yang sama besar, dan keberhasilan dalam lobi politik akan menentukan siapa yang akan memegang posisi Ketua DPRD,” ujar Efrianto.
Dinamika politik Sulawesi Tenggara menghadapi periode penting dengan adanya persaingan ketat untuk posisi Ketua DPRD. Hartini Aziz, sebagai figur baru, berpotensi membawa perubahan dalam politik daerah meskipun menghadapi tantangan besar.
Dengan dukungan partai yang kuat dan strategi politik yang tepat, ada peluang bagi tokoh-tokoh baru untuk mempengaruhi arah politik Sulawesi Tenggara.
Tantangan utama mereka adalah beradaptasi dalam struktur politik yang kompleks dan membangun hubungan yang solid dengan konstituen.
Penulis: Denyi Risman