Kendari – Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menanam benih harapan dengan menghadirkan beras biofortifikasi sebagai perisai gizi bagi masyarakat. Dengan kandungan nutrisi tinggi, beras ini diharapkan menjadi senjata ampuh dalam upaya mencegah stunting.
Kepala Distanak Sultra, La Ode Muhammad Rusdin Jaya, menegaskan bahwa pihaknya telah bergabung dalam tim penanganan stunting melalui kelompok intervensi sensitif.
Tim ini berperan layaknya jembatan yang menghubungkan masyarakat dengan sumber pangan bergizi, memastikan beras biofortifikasi tersalurkan dengan baik sebagai solusi peningkatan gizi.
“Dalam kelompok intervensi sensitif, tugas kami adalah mendistribusikan beras biofortifikasi, yaitu beras yang kaya nutrisi, dengan varietas padi yang mengandung unsur nutri zinc,” ujarnya, Senin (17/2).
Beras biofortifikasi bukan sekadar sumber karbohidrat biasa. Jika beras pada umumnya hanya menjadi bahan bakar energi, beras ini hadir sebagai paket lengkap dengan tambahan zinc—unsur penting yang berperan dalam memperkuat daya tahan tubuh serta mendukung perkembangan otak anak.
Distanak Sultra telah bergerak nyata dengan menebar benih padi biofortifikasi di berbagai wilayah. Seperti petani yang menanam harapan di sawah, sebanyak 25 ton benih padi ini telah disebar ke lahan seluas 1.000 hektare di enam kabupaten dan kota di Sultra.
“Untuk Kabupaten Kolaka, kami alokasikan 100 hektare, di Buton 100 hektare, Bombana 183 hektare, Konawe Selatan 100 hektare, Kolaka Timur 200 hektare, dan Kota Kendari 317 hektare,” jelas Rusdin.
Bagi kelompok rentan, seperti ibu hamil dan balita, beras biofortifikasi ibarat suplemen alami yang dapat menguatkan pondasi kesehatan sejak dini. Dengan langkah ini, Distanak Sultra berharap generasi masa depan bisa tumbuh lebih sehat, kuat, dan terbebas dari ancaman stunting.
Editor: Denyi Risman