Kendari – Bak tanah yang dijaga turun-temurun, kebun warga di Kecamatan Angata dan Mowila, Konawe Selatan (Konsel), kini terancam oleh kehadiran dua perusahaan tambang. PT Marketindo Selaras (MS) dan PT Merbau Jaya Indah Raya diduga merampas hak petani dengan cara yang tak beradab.
Anggota DPRD Sulawesi Tenggara dari Dapil Konsel-Bombana, Wahyu Sulaiman, menyesalkan dugaan penyerobotan lahan yang terjadi di tanah kelahiran rakyat yang diwakilinya.
“Saya sangat prihatin dengan dugaan penyerobotan lahan. Dalam waktu dekat, saya akan turun kembali untuk mengumpulkan fakta-fakta yang terjadi. Sebelumnya, bersama Komisi I DPRD Sultra, kami sudah turun dan menggelar RDP dengan pihak terkait,” tegasnya, Senin (17/3).
Persoalan ini bahkan telah dibawa hingga ke pusat.
“DPRD Sultra juga sudah ke Jakarta. Komisi I berkoordinasi dengan pihak berwenang,” lanjut Wahyu.
Namun, yang membuat geram, perusahaan justru diduga mengadu domba masyarakat, bukannya mencari solusi.
“Kita sayangkan sikap perusahaan yang mengadu domba masyarakat,” ujarnya kecewa.
Lahan yang seharusnya menjadi sumber kehidupan kini dipermainkan dengan dalih investasi. Bahkan, ketika warga bersiap memanen hasil jerih payah mereka, perusahaan justru melakukan land clearing secara agresif.
“Seharusnya perusahaan hadir memberikan solusi, bukan menambah masalah. Apalagi, saat masyarakat sudah mau panen, mereka malah melakukan land clearing dengan cara-cara agresif,” kritiknya.
DPRD Sultra pun tak tinggal diam. Wahyu memastikan aspirasi masyarakat akan didorong ke komisi terkait agar suara rakyat tak tenggelam di balik kepentingan segelintir pihak.
“Kita akan dorong ke komisi terkait. Apalagi, kader Demokrat ada di setiap komisi di DPRD Sultra,” ucapnya.
Baginya, ini bukan sekadar urusan politik, melainkan perjuangan menegakkan keadilan bagi rakyat.
“Saya sebagai warga Konsel pasti mengutamakan kepentingan rakyat. Apalagi moto Partai Demokrat: harapan rakyat, perjuangan Demokrat. Kita mengedepankan keselamatan rakyat, karena keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi,” pungkasnya.
Editor: Denyi Risman