Berita  

Duduk Perkara Ricuh di Kantor Penghubung Sultra Jakarta hingga Ada Laporan Polisi

Kepala Badan Penghubung Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) di Jakarta, Mustakin. Foto: Dok. Edisiindonesia.

Kendari – Kepala Badan Penghubung Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) di Jakarta, Mustakin, akhirnya buka suara soal insiden keributan di Kantor Penghubung Pemda Sultra yang berujung pada diamankannya sejumlah mahasiswa oleh pihak kepolisian.

Dalam konferensi pers di Ruang Pola Kantor Gubernur Sultra, Kamis (9/10) siang, Mustakin mengaku dirinya yang melaporkan kejadian tersebut ke kepolisian. Ia menegaskan laporan itu dilakukan atas inisiatif pribadi, bukan atas perintah Gubernur Sultra.

“Saya yang melapor atas inisiatif sendiri melalui staf yang saya delegasikan. Jadi bukan atas perintah Bapak Gubernur,” ujar Mustakin.

Menurutnya, laporan itu terpaksa dilakukan karena situasi di lokasi sudah tidak terkendali dan dikhawatirkan memicu hal-hal yang tidak diinginkan.

“Saat itu ada sekitar ratusan mahasiswa di lokasi. Kami khawatir situasi semakin panas, jadi kami ambil langkah melapor ke polisi,” jelasnya.

Mustakin menjelaskan, aksi mahasiswa di Kantor Penghubung Pemda Sultra tersebut bukan kali pertama terjadi. Massa telah empat kali datang untuk menyuarakan tuntutan pembangunan asrama mahasiswa Sultra di Jakarta.

“Semua aspirasi adik-adik mahasiswa sudah kami terima dan kami rencanakan untuk dilaporkan ke Bapak Gubernur. Saya bahkan minta waktu sepuluh hari untuk menyampaikan hal itu, tapi karena padatnya agenda beliau, laporan itu belum sempat kami teruskan,” ungkapnya.

Namun pada hari kesepuluh, saat Mustakin sedang berada di Kendari, ia mendapat kabar bahwa ratusan mahasiswa kembali mendatangi kantor penghubung dan menutup pagar kantor sebagai bentuk protes.

“Ketika saya mendapat laporan kondisi semakin memanas, saya langsung perintahkan staf untuk melapor ke kepolisian setempat,” katanya.

Petugas dari Polres setempat kemudian datang ke lokasi dan berupaya menenangkan situasi. Polisi sempat berdialog dengan mahasiswa agar membuka pagar, namun permintaan itu ditolak.

“Polisi akhirnya membawa mereka ke kantor untuk diamankan. Sejujurnya, saya berharap tidak terjadi gesekan antara adik-adik mahasiswa dengan pihak kepolisian. Tapi situasi di lapangan memang sudah sulit dikendalikan,” tutur Mustakin.

Ia menegaskan bahwa langkah pelaporan dilakukan semata-mata untuk menjaga keamanan dan ketertiban, bukan untuk membungkam aspirasi mahasiswa.

“Intinya, semua aspirasi mereka tetap kami tampung dan akan kami teruskan ke Gubernur. Hanya saja, situasi kemarin sudah tidak memungkinkan lagi untuk dibiarkan tanpa penanganan aparat,” pungkasnya.


Editor: Muh Fajar

error: Content is protected !!