Empat Bulan Berjalan, UMKM Dempo Bapas Kendari Raup Pesanan hingga Pulau Jawa

Kepala Bapas Kelas II Kendari, R. Teja Iskandar, meninjau langsung lokasi pembuatan camilan Dempo yang dikelola klien pemasyarakatan di Kecamatan Poleang, Kabupaten Bombana. Foto: Dok. Istimewa.

Kendari – Program pembinaan kemandirian yang dijalankan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Kendari terus menunjukkan hasil nyata. Salah satu produk unggulannya, Dempo, camilan renyah berbahan dasar pisang hasil karya klien pemasyarakatan di Kabupaten Bombana, kini sukses menembus pasar luar daerah hingga ke Pulau Jawa.

Kepala Bapas Kelas II Kendari, R. Teja Iskandar, mengungkapkan bahwa produksi Dempo yang digalakkan oleh klien di Kecamatan Poleang, Kabupaten Bombana, sudah berjalan sekitar empat bulan dan terus mengalami peningkatan permintaan.

“Dempo ini sudah berjalan sekitar empat bulan. Pernah kami pamerkan di Kendari, lalu dibawa ke Jakarta untuk dipresentasikan dalam pameran. Hasilnya, pesanan cukup banyak. Pemasaran juga sudah masuk ke bandara,” ujar Teja, Selasa (4/11).

Menurutnya, langkah Bapas Kendari membawa Dempo ke ajang nasional bukan sekadar promosi, tetapi bentuk konkret pembuktian bahwa hasil karya warga binaan memiliki daya saing dan nilai ekonomi tinggi. Tak hanya dipasarkan secara langsung, produk tersebut juga mulai dikenalkan melalui jejaring digital.

“Kami juga menitipkan produk itu kepada para tiktoker agar lebih dikenal luas,” tambahnya.

Hanya dalam waktu empat bulan, penjualan Dempo mencapai 30 hingga 40 bungkus per bulan. Meski skalanya masih kecil, namun hasilnya cukup menjanjikan. Klien yang memproduksi Dempo kini memperoleh penghasilan rutin sekitar Rp400 ribu hingga Rp800 ribu per bulan.

“Kami buatkan PNPP dan buku tabungan untuk mereka. Jadi setiap klien tahu berapa penghasilan bersih yang bisa dibawa pulang,” jelas Teja.

Keberhasilan produk Dempo ini tidak lepas dari peran aktif Bapas Kendari dalam pengelolaan manajemen dan pemasaran. Teja menyebut, Bapas terlibat sejak pendaftaran hak merek hingga pengemasan yang lebih higienis.

“Bapas Kendari mulai terlibat saat pendaftaran hak merek dan pembungkusan agar lebih higienis. Intinya, kami berperan sebagai manajer sosial yang memastikan produk ini layak dan berkelanjutan,” katanya.

Hasilnya, Dempo kini menjadi produk unggulan yang tak hanya dikenal di Sultra, tapi juga mulai menembus pasar nasional. Pesanan dari luar daerah, termasuk dari Pulau Jawa, mulai berdatangan.

“Rasanya enak, bersih, dan bisa bersaing dengan produk sejenis dari Jawa. Sekarang sudah ada pesanan dari Jawa,” ungkap Teja.

Selain Dempo, Bapas Kendari juga tengah mengembangkan sejumlah usaha produktif lainnya di Desa Mandiri binaan mereka, seperti penanaman jagung, kolam ikan, hingga coffee shop.

“Kami ingin klien yang bebas bisa menjadi manusia berguna dan berkontribusi bagi negara, bukan lagi dibayangi stigma sebagai sampah masyarakat,” tegas Teja.

Bapas Kendari pun berkomitmen memperluas jangkauan pemasaran Dempo ke berbagai titik strategis, seperti bandara, coffee shop, dan jaringan digital. Program ini kini menjadi salah satu model sukses reintegrasi sosial bagi klien pemasyarakatan di Bumi Anoa.


Editor: Redaksi

error: Content is protected !!