Kendari – PT Argo Pesona Indonesia, selaku event organizer (EO) pelaksanaan Seleksi Tilawatil Quran dan Hadis (STQH) Nasional 2025 di Kota Kendari, akhirnya buka suara terkait polemik gambar maskot yang ramai dikritik publik.
General Manager PT Argo Pesona Indonesia, Galih Rakasiwi, menjelaskan bahwa konsep awal maskot tersebut bukan berasal dari pihaknya, melainkan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra).
“Kami ingin meluruskan bahwa kami sebagai EO hanya bertugas mengeksekusi secara teknis apa yang sudah ada di Rincian Anggaran Belanja (RAB),” ujar Galih kepada awak media di Kendari, Jumat (10/10).
Menurutnya, peran EO hanya sebatas mendesain dan merealisasikan ide yang diberikan pemerintah. Setelah rancangan awal disetujui, barulah dilakukan revisi sesuai permintaan.
“Misalnya desain awal sudah jadi, kami ajukan. Kalau ada masukan atau revisi dari pihak pemerintah, kami sesuaikan lagi. Semua keputusan tetap berada di pihak mereka,” tambahnya.
Galih menjelaskan, pada awalnya maskot STQH digambarkan sebagai hewan khas Sulawesi Tenggara, yaitu anoa, tanpa tambahan elemen lain. Namun kemudian muncul permintaan revisi agar maskot tampak lebih islami dengan menambahkan ornamen berbentuk buku.
“Kami diminta untuk menambahkan satu gambar buku tanpa identitas, karena desain awal dianggap belum cukup islami. Kami hanya mengikuti arahan tersebut. Setelah dicetak dan dipasang, barulah muncul protes dari masyarakat,” ungkapnya.
Ia menegaskan, dalam seluruh rangkaian kegiatan STQH Nasional, pihaknya tidak pernah mengambil keputusan sepihak tanpa koordinasi dengan panitia tuan rumah.
“Jangankan soal maskot, memindahkan kursi saja kami tidak berani tanpa izin. Semua keputusan kami ambil berdasarkan arahan dari Kesra Pemprov Sultra. Tugas kami murni teknis, bukan menentukan konsep,” tegas Galih.
Sebelumnya, maskot STQH Nasional 2025 menimbulkan kontroversi setelah diluncurkan secara resmi.
Maskot yang menampilkan seekor anoa berbusana Islami sambil memegang sebuah buku dianggap sebagian masyarakat menyerupai Al-Qur’an, sehingga memicu protes di media sosial.
Akibat polemik tersebut, banyak pihak kemudian menuding PT Argo Pesona Indonesia sebagai pihak yang bertanggung jawab atas desain maskot tersebut.
Namun klarifikasi dari EO ini diharapkan bisa memberikan gambaran lebih jelas mengenai proses pembuatan maskot yang kini tengah menjadi sorotan publik.
Editor: Muh Fajar








