Kendari – Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) komitmen mendorong kemajuan petani milenial.
Dipuncak peringatan Hari Tani Nasional tahun 2022 pada Minggu (25/9), Dewan Pengurus Daerah (DPD) HKTI Sultra yang di nahkodai oleh Mayor Jenderal TNI (Purn) Andi Sumangerukka memberikan piagam penghargaan kepada 10 petani milenal di beberapa wilayah Sultra.
Mereka di usia muda sukses mengembangkan dan memiliki omset puluhan juta rupiah dari hasil pertanian yang dikelola.
Para petani milenial masing-masing Supriansyah asal Kabupaten Bombana bidang perikanan, Yusrang asal Bombana bidang hortikultura, Sudirman asal Kolaka Timur bidang perkebunan, Mudianto asal Kolaka bidang pengelohan kakao.
Kemudian, Safri asal Konawe Selatan bidang peternakan, Arifandi Juliawan asal Bombana bidang holtikultura (sayuran), Hasniati asal Konawe bidang perkebunan, Ali Ahmadi asal Konawe Selatan bidang tanaman pangan, Ardi asala Konawe bidang holtikultura serta Ahmad Syaepudin asal Konawe Selatan bidang peternakan
Selain petani milenial, HKTI Sultra memberikan penghargaan kepada petani andalan yang mampu mengembangkan hasil pertanian yang ada di Sultra.
Mereka masing-masing, I Made Rai Sugtra budidaya lebah madu, Abdul Haris Tamburaka bidang kehutanan budidaya pohon jati, M Yunus bidang peternakan, Salwan bidang perikanan, Lelly Ikyas budidaya tambak ikan.
Ketua DPD HKTI Sultra Andi Sumangerukka menuturkan HKTI adalah tempat menghimpun insan tani guna meningkatkan produksi di sektor pertanian.
Disebutkan, dalam kondisi cuaca yang tidak menentu serta kondisi lahan yang semakin berkurang, tentu dapat mempengaruhi hasil produksi.
Sehingga, kata Andi Sumangerukka, perlu ada pendampingan untuk meningkatkan produksi dibidang pertanian.
“Ini tanggung jawab kita, berdampingan membantu pemerintah dalam meningkatkan produksi. Masyarakat yang tadinya berpikir konsumtif harus berpikir produktif,” ujar Andi Sumangerukka saat menggelar diskusi bersama insan tani di Kota Kendari, Minggu (25/9).
“Jadi kehadiran HKTI untuk menstimulus. Sehingga yang tadinya menghasilkan 2 ton, setelah pendampingan dapat menghasilkan 4 ton sampai 5 ton,” tambahnya.
Andi Sumangerukka mengatakan program 100 hari HKTI yakni melakukan pendampingan terhadap petani terutama para kaum milenial.
Dikatakan, minat para milenial saat ini untuk bertani sangat kurang. Olehnya itu, kehadiran HKTI ini menstimulasi para kaum milenial untuk bertani.
“Kita sudah mendengar para petani milineal (yang diberi penghargaan) berhasil dan mendapat omset besar. Ini menjadi contoh, sehingga kita berikan pendampingan,” ujarnya.
“Satu yang berhasil dapat memberikan contoh kepada yang lain. Kita berikan stimulus, hari ini kita berikan penghargaan,” ungkap Andi Sumangerukka.
“Saya rasa ini sedang berjalan yang lain (milenial) pasti akan mengikut,” imbuhnya.
Lanjut Andi Sumangerukka, saat ini teknologi sudah maju, alat-alat pertanian sudah canggih.
Kedepan, menanam hingga produksi sudah digital sehingga tidak dilakukan secara tradisional.
“Jadi dibutuhkan lompatan-lompatan, ide dan gagasan dari kaum milenial. Memang kendalanya soal pendanaan, kita inginkan mereka (petani milenial) mandiri tapi dengan kamampuan kita lakukan pendampingan,” ujarnya.
“Semua butuh proses tapi kita lihat ke depan. Setelah ada profit (penghasilan), teknologi ini dapat membantu untuk meningkatkan produksi,” tambahnya.
Lebih lanjut Andi Sumangerukka mengatakan pihaknya ingin menghasilkan petani milenial yang mandiri.
Olehnya itu, pihaknya berupaya melakukan pendampingan dari segi pendanaan sehingga proses dari mulai tanam, petik, pengolaan dan produksi dapat dilakukan secara mandiri.
Melalui program HKTI yang bekerjasama dengan Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari diberikan beasiswa kepada mahasiswa.
Dimana mahasiswa ini diberi pendampingan ini, mengelola lahan dan diberikan bibit untuk pengolahan.
“Nanti kita lihat dua bulan lagi sudah ada hasilnya dan luar biasa. Ini akan menjadi kepercayaan menjadi contoh bagi masyarakat,” pungkasnya.
Editor: Wiwid Abid Abadi