News  

Haru Mengenang Wafatnya Randi-Yusuf dalam Tragedi September Berdarah

Ratusan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo (UHO) berkumpul di Wisata Alam Camping Ground, Kendari, pada Rabu (25/9) malam, untuk menggelar aksi doa bersama dan pembakaran lilin. Foto: Denyi Risman/Sultranesia.com.

Kendari – Ratusan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo (UHO) berkumpul di Wisata Alam Camping Ground, Kendari, pada Rabu (25/9) malam, untuk menggelar aksi doa bersama dan pembakaran lilin.

Kegiatan ini bukan sekadar peringatan; ini adalah penghormatan yang penuh emosi bagi dua mahasiswa yang tewas tragis pada tahun 2019—Randi dan Yusuf Kardawi—setelah mengikuti demonstrasi menolak Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) dan pelemahan KPK.

Suasana haru semakin mengiris hati ketika Ramlan, ayah Yusuf, bersama ibu dan adik perempuannya hadir. Ibu almarhum terlihat menyeka air mata berkali-kali, teringat akan putranya yang berjuang untuk keadilan. Hatinya seolah terbakar oleh ingatan akan tragedi yang merenggut putranya saat menyuarakan aspirasi di depan gedung DPRD.

Randi dan Yusuf bukan sekadar nama; mereka adalah simbol perjuangan mahasiswa untuk hak dan keadilan. Randi tewas akibat peluru yang bersarang di dadanya, sementara Yusuf mengalami pendarahan parah setelah mengalami luka berat di kepala.

Meskipun hasil investigasi mengarah pada penetapan seorang polisi sebagai pelaku penembakan Randi, kasus Yusuf masih misterius, menambah beban di hati keluarga dan teman-temannya.

“Saya percaya kepada penegak hukum untuk terus mengupayakan penanganan kasus ini,” ucap Ramlan penuh harap.

Dia mengingatkan para mahasiswa baru untuk tidak terjebak dalam emosionalitas saat memperjuangkan aspirasi.

“Ketika menyuarakan persoalan hukum, jangan pernah menimbulkan persoalan hukum baru,” tegasnya, seolah ingin mengingatkan bahwa setiap tindakan harus dipikirkan dengan matang.

Kata-katanya yang penuh hikmah seakan mengalirkan semangat baru untuk menyikapi setiap masalah dengan cara yang intelektual.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Hukum UHO, Muhammad Bissabir, mengungkapkan bahwa aksi ini diikuti oleh seluruh mahasiswa baru angkatan 2024 serta organisasi kemahasiswaan di fakultas hukum.

“Kegiatan ini adalah bentuk solidaritas kami. Kami ingin mengingat dan menghormati perjuangan mereka,” ujarnya.

Kehadiran mahasiswa baru dalam aksi ini membawa harapan akan perubahan, seakan mengajak mereka untuk terus menyalakan api semangat keadilan yang tak pernah padam. Aksi doa bersama dan pembakaran lilin bukan hanya mengenang yang hilang, tetapi juga menyerukan kesadaran akan pentingnya memperjuangkan hak-hak dengan cara yang damai dan penuh tanggung jawab.

Dalam setiap lilin yang menyala, ada harapan bahwa tragedi serupa tidak akan terulang, dan bahwa suara mahasiswa akan terus menggema tanpa mengorbankan nyawa. Ramlan pun berharap agar doa-doa yang dipanjatkan dalam momen haru ini bisa menjadi kekuatan bagi perjuangan keadilan.

“Kami meminta semua orang untuk mengirimkan doa untuk anak kami yang telah pergi,” ujarnya, menahan haru.

Kisah Randi dan Yusuf menjadi pengingat bagi setiap mahasiswa untuk terus berjuang, bukan hanya untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga untuk masa depan yang lebih baik.


Laporan: Denyi Risman

error: Content is protected !!