Berita  

Indeks Ketimpangan Gender di Sultra Menurun

Ilustrasi. Foto: Dok. Istimewa.

Kendari – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebutkam indeks ketimpangan gender mengalami lenurunan di Tahun 2022.

Angka tersebut berdasarkan data terakhir yang rilis langsung oleh BPS Sultra pada Selasa (1/8) kemarin.

Data tersebut menyebutkan indeks ketimpangan gender di Provinsi Sultra pada tahun 2022 mengalami penurunan sebanyak 0.064 poin dari tahun 2021 lalu.

BPS Sultra menggunakan indikator pada tiga dimensi, yakni kesehatan reproduksi, pemberdayaan gender, dan pasar tenaga kerja.

Dari ketiga indikator itu, di tahun 2021, indeks ketimpangan gender berada di angka 0.554. Memasuki 2022, angka tersebut menurun hingga 0.490.

Penurunan itu dibeberkan BPS Sultra paling menonjol pada dimensi kesehatan reproduksi dan dimensi pemberdayaan.

Secara detail, perbaikan pada dimensi kesehatan reproduksi dipengaruhi pada aspek perbaikan indikator wanita melahirkan tidak di fasilitas kesehatan.

Pada aspek itu, terjadi penurunan yang signifikan, yakni dari angka 44.3 persen pada 2021 menjadi 17.2 persen pada 2022.

Di ranah pasar tenaga kerja, data keterlibatan perempuan pada kesempatan kerja bersifat fluktuatif.

Untuk diketahui, dimensi pasar tenaga kerja direpresentasikan pada indikator tingkat partisipaai angkatan kerja atau TPAK.

Jika dihitung dari 5 tahun ke belakang, yakni 2018 hingga 2022, persentase partisipasi perempuan pada pasar tenaga kerja berada di angka yang hampir sama.

Berbeda dengan partisipasi laki-laki yang cenderung mengalami penurunan yang lebih banyak.

Penurunan TPAK perempuan yang lebih kecil dibandingkan laki-laki membuat kesempatan memasuki pasar tenaga kerja antara perempuan dan laki-laki menjadi lebih setara.

Untuk diketahui, ketimpangan gender merupakan suatu keadaan dimana adanya perlakuan atau tindakan tidak adil pada jenis kelamin tertentu. Ketimpangan gender lebih sering terjadi pada jenis kelamin perempuan. Awal mula terjadinya ketimpangan gender pada perempuan disebabkan oleh rendahnya pendidikan.


Laporan: Rijal

error: Content is protected !!
Exit mobile version