Daerah  

Indomaret Menghujamkan Paku ke Kaki Pedagang Tradisional Desa Labone, Muna

Gerai Indomaret di Desa Labone. Foto: Dok. Istimewa.

Muna – Kehadiran gerai Indomaret di Desa Labone, Kecamatan Lasalepa, Kabupaten Muna, diibaratkan sebagai paku yang menghujam ke kaki pedagang tradisional setempat.

Pasalnya, kehadiran toko modern ini berpotensi besar menggerus kehidupan ekonomi masyarakat yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada usaha kecil-kecilan, seperti warung eceran.

Adam Tri Saputra, Menteri Advokasi dan Pergerakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo (BEM FH UHO) yang juga pemuda asal Desa Labone, dengan tegas menyuarakan kekhawatirannya.

Ia menilai bahwa keberadaan Indomaret ini berisiko memperlebar kesenjangan ekonomi yang sudah ada di tengah masyarakat desa.

“Keberadaan Indomaret di Desa Labone seperti paku yang menusuk kaki pedagang lokal yang sudah berdiri lama. Tidak hanya mengancam eksistensi warung-warung kecil, tapi juga mengancam mata pencaharian mereka,” ujar Adam, Minggu (02/02).

Gerai Indomaret yang terletak tak jauh dari destinasi wisata Permandian Alam Topa ini, menurut Adam, justru akan menarik perhatian konsumen dari warung lokal. Terlebih dengan harga yang lebih murah dan barang yang lebih bervariasi.

“Sebagaimana kita tahu, Indomaret punya daya tarik harga yang bersaing. Pedagang tradisional akan kesulitan untuk bertahan dengan harga yang lebih tinggi, dan akhirnya konsumen beralih ke toko modern,” tambahnya.

Adam juga mengungkapkan bahwa keberadaan gerai Indomaret ini tentu tidak hadir begitu saja tanpa adanya campur tangan dari pihak yang berwenang.

Ia mencurigai bahwa Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten Muna ikut terlibat dalam proses pendirian gerai ini, yang lebih memperkuat ketimpangan ekonomi daripada membantu pedagang lokal.

“Ini adalah fenomena yang kontradiktif. Di satu sisi, kita ingin berkembang, tapi di sisi lain, kita menghancurkan fondasi ekonomi masyarakat dengan membiarkan monopoli besar mengambil alih pasar yang sebelumnya dikelola oleh pedagang lokal,” kata Adam dengan nada kecewa.

Kehadiran Indomaret di Desa Labone tentu sudah terlanjur menjadi kenyataan, namun Adam berharap semua elemen masyarakat, terutama pemerintah, tetap mengawasi dampak dari keberadaan gerai ini.

“Sekarang tugas kita semua adalah mengawasi, apakah hadirnya Indomaret justru akan menambah beban bagi masyarakat atau sebaliknya, membawa dampak positif bagi perekonomian desa. Kita harus memastikan keberlanjutan ekonomi lokal tetap terjaga,” tutupnya.

Namun, tidak semua pihak memiliki pandangan yang sama. HE, seorang warga Desa Labone, menyatakan dukungannya terhadap keberadaan Indomaret.

Menurutnya, kehadiran Indomaret sangat membantu masyarakat desa, terutama dalam menghadapi kesulitan ekonomi dan tingginya harga barang kebutuhan pokok.

“Saya lihat di daerah lain, Indomaret biasanya datang dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan warung-warung eceran di sini. Di tengah kondisi ekonomi yang sulit seperti sekarang, kami butuh harga yang lebih terjangkau,” ujar HE.

HE menilai, meski ada kekhawatiran akan dampak negatif bagi pedagang lokal, keberadaan Indomaret tetap memberikan keuntungan bagi konsumen di Desa Labone yang sebelumnya kesulitan mendapatkan barang dengan harga yang wajar.

“Kita bisa beli barang kebutuhan sehari-hari tanpa harus khawatir harga yang selangit. Terutama bahan pokok yang memang mahal, di Indomaret harganya lebih stabil,” tambahnya.


Editor: Denyi Risman

error: Content is protected !!
Exit mobile version