Kendari – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) di bawah kepemimpinan Penjabat (Pj) Gubernur Andap Budhi Revianto berhasil mencatatkan angka inflasi yang menunjukkan tren positif pada bulan September 2024.
Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada 1 Oktober 2024, inflasi Sultra untuk periode tersebut tercatat sebesar 1,06 persen year-on-year (yoy). Capaian ini menempatkan Sultra sebagai provinsi dengan inflasi terendah ketiga secara nasional dan yang terendah di wilayah Sulawesi.
Keberhasilan ini patut diapresiasi, mengingat angka inflasi Sultra juga berada di bawah target nasional yang ditetapkan sebesar 2,5 persen dengan toleransi plus minus 1 persen.
Penjabat Gubernur Sultra, Andap Budhi Revianto, menegaskan bahwa penurunan inflasi ini mencerminkan keberhasilan Pemprov dalam menjaga kestabilan harga di daerah, terutama dalam beberapa bulan terakhir.
“Namun demikian, penurunan ini bukan berarti tantangan ekonomi di Sultra telah usai. Fluktuasi harga tetap perlu diwaspadai, terutama yang dapat berdampak pada daya beli masyarakat,” ungkapnya, Rabu (2/10).
Dalam analisis lebih mendalam, penurunan inflasi ini tidak terlepas dari pengaruh deflasi bulanan sebesar -0,20 persen month-to-month (mtm). Beberapa komoditas seperti cabai rawit, terong, beras, ikan layang, dan bayam telah berkontribusi signifikan terhadap penurunan harga.
Meskipun demikian, inflasi tahunan sebesar 1,06 persen masih dipicu oleh kenaikan harga sejumlah komoditas, termasuk sigaret kretek mesin (SKM), beras, mobil, gula pasir, dan emas perhiasan, yang menyumbang inflasi sebesar 0,68 persen.
Jika dilihat dari tingkat inflasi antar kabupaten, Kabupaten Kolaka mencatat inflasi tahunan tertinggi di Sultra dengan angka 1,74 persen, dipicu oleh kenaikan harga komoditas seperti emas perhiasan, ikan bolu, sigaret kretek mesin, ikan kembung, dan bayam.
Di sisi lain, Kabupaten Konawe mencatat inflasi tahunan terendah dengan angka 0,43 persen. Data ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam fluktuasi harga antar wilayah, yang bisa berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat di masing-masing daerah.
Dalam konteks ini, Pj. Gubernur Andap Budhi Revianto mengingatkan seluruh kabupaten/kota serta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk terus memantau pergerakan harga di pasar.
“Kerja sama antar pihak harus terus ditingkatkan guna mencegah kenaikan harga yang signifikan menjelang akhir tahun saat permintaan pasar cenderung meningkat,” tambahnya.
Dengan pencapaian ini, Pemprov Sultra diharapkan terus berupaya untuk menjaga stabilitas ekonomi, terutama menjelang periode permintaan tinggi.
Penekanan terhadap kolaborasi antara pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat menjadi kunci dalam mengendalikan inflasi serta memastikan daya beli masyarakat tetap terjaga.
Editor: Denyi Risman