Berita  

IPH Sultra Kembali Jadi yang Terendah Secara Nasional, Ini Datanya

Pada Minggu ke-4 Mei 2024, angka Indeks Perkembangan Harga (IPH) Bumi Anoa berada pada angka -2,25 atau kembali menjadi yang terendah secara nasional. Foto: Dok. Istimewa.

Kendari – Prestasi kembali ditorehkan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Pemprov Sultra) di bawah kepemimpinan Penjabat (Pj) Gubernur Andap Budhi Revianto.

Pada Minggu ke-4 Mei 2024, angka Indeks Perkembangan Harga (IPH) Bumi Anoa berada pada angka -2,25 atau kembali menjadi yang terendah secara nasional.

Hal ini terungkap dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi pada Senin (27/5) kemarin.

Sebelumnya, data pada minggu pertama Mei 2024 menunjukkan angka IPH Provinsi Sultra mengalami penurunan yang cukup signifikan, yaitu deflasi -1,62, pada minggu kedua turun menjadi -1,74, selanjutnya pada minggu ketiga kembali turun menjadi -2,12, terakhir IPH Provinsi Sultra kembali turun menjadi -2,25 pada minggu keempat bulan Mei.

“Angka IPH terendah secara nasional ini menjadi yang keempat secara berturut-turut, hal ini menandakan bahwa perkembangan harga di Provinsi Sultra relatif stabil dan terkendali di bulan Mei 2024,” ujar Pj Gubernur.

Dalam Rakor tersebut, Provinsi Sultra mendapat apresiasi dari Irjen yang juga Plt Sekjen Kemendagri Tomsi Tohir atas kinerja dan upaya yang telah dilaksanakan guna mengendalikan angka inflasi dan IPH di Sultra.

“Ini sesuatu hal yang positif dilakukan oleh Pj Gubernur, beliau (Andap) mampu mengendalikan angka inflasi dan IPH sehingga tetap terjaga dan terkendali selama 4 minggu berturut-turut. Hal ini tentu dapat menjadi contoh bagi Pj lainnya,” kata Tomsi Tohir.

Dalam kesempatannya, Tomsi berpesan kepada para Kepala Daerah untuk membuat perencanaan kegiatan jangka panjang yang diawali dengan identifikasi permasalahan kenaikan harga maupun kendala dalam distribusinya.

“Bagi para Kepala Daerah agar mengidentifikasi permasalahan yang menyebabkan kenaikan harga maupun dalam pendistribusiannya. Setelah itu, buat perencanaan kegiatan jangka panjang,” tegasnya.

Selanjutnya, Pj Gubernur mengungkapkan tiga komoditas andil penyumbang angka IPH di Sultra yakni beras, daging ayam ras, dan telur ayam ras.

“Kita akan intens menyikapi fenomena deflasi ini, jangan sampai berpengaruh terhadap produsen. Kita akan pantau terus harga di lapangan,” kata Andap.

Dalam keterangannya, Andap menjelaskan IPH tertinggi minggu keempat di Sultra terjadi di Kabupaten Muna Barat sebesar 0,96 sedangkan Kabupaten dengan IPH terendah berada di Kabupaten Muna yang alami deflasi sebesar -4,49 yang disebabkan penurunan harga beras, daging ayam ras, dan daging sapi.

Selain itu, Pj Gubernur juga menyampaikan mengenai kesiapan para Bupati Walikota dan Kepala Perangkat Daerah mengingat prakiraan BMKG bahwa Sultra sebagai salah satu provinsi yang akan menghadapi kekeringan pada tahun 2024 sebagaimana surat edaran yang dikeluarkan oleh BMKG RI.

“Kita harus waspada dan perlu melakukan langkah sejak dini menyikapi info kekeringan tahun 2024 dari BMKG dengan memitigasi risikonya agar tidak terjadi lonjakan harga pada harga pangan yang berimbas pada angka inflasi. Isu pangan akan menjadi hal yang sangat strategis dan fundamental,” ungkapnya.

“Perlu diinformasikan juga kepada masyarakat bahwa saat ini Pemprov Sultra memiliki stok Cadangan Pangan Pemerintah berupa beras sebanyak 183,82 ton yang akan digunakan ketika kondisi darurat, dimana pada tahun ini akan ada penambahan CPP Provinsi sebanyak 88 ton,” pungkasnya. Rilis.


Editor: Wiwid Abid Abadi

error: Content is protected !!