Kapolda Sultra Ingatkan Mahasiswa: Kritis Harus Dibekali Ilmu

Kapolda Sultra Irjen Pol Didik Agung Widjanarko saat menyampaikan pesan kepada mahasiswa dalam forum Coffee Morning bersama pimpinan perguruan tinggi dan organisasi kemahasiswaan se-Kota Kendari, Kamis (3/7). Foto: Dok. Istimewa.

Kendari – Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara (Kapolda Sultra), Irjen Pol Didik Agung Widjanarko, menegaskan pentingnya peran mahasiswa sebagai generasi pemikir dan agen perubahan, namun dengan landasan keilmuan yang kuat.

Hal itu disampaikannya dalam forum Coffee Morning yang digelar Direktorat Intelkam Polda Sultra bersama pimpinan perguruan tinggi dan organisasi kemahasiswaan se-Kota Kendari, Kamis (3/7).

Kegiatan yang berlangsung di salah satu restoran di Jalan Edi Sabara, Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga, ini menjadi ruang pertemuan antara aparat kepolisian, kalangan akademik, dan mahasiswa untuk membahas isu strategis seputar pendidikan, stabilitas sosial, serta ancaman ideologi radikal.

Forum ini juga menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Bhayangkara ke-79.

Sejumlah pejabat utama Polda turut hadir, di antaranya Wakapolda Brigjen Pol Amur Chandra Juli Buana, Irwasda Kombes Pol Hartoyo, serta para rektor dan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Kendari.

Dalam sambutannya, Kapolda Sultra Irjen Didik Agung memberikan pesan lugas kepada kalangan mahasiswa. Ia mengingatkan bahwa kampus seharusnya menjadi tempat tumbuhnya ide-ide cerdas, bukan tempat berkembangnya paham radikal.

“Mahasiswa harus berpikir kritis, tapi juga harus dibekali ilmu yang kuat. Kalian adalah calon-calon pemimpin masa depan yang akan membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik,” tegasnya.

Kapolda juga menekankan bahwa sikap kritis tidak boleh sekadar menjadi bentuk perlawanan tanpa arah. Ia menyebut aksi-aksi demonstratif yang tidak dilandasi pengetahuan justru dapat menyesatkan gerakan mahasiswa.

“Berpikir kritis bukan berarti asal melawan atau hanya sekadar teriak-teriak di jalanan. Tanpa landasan pengetahuan yang kokoh, sikap kritis bisa berubah menjadi agitasi tanpa arah,” lanjutnya.

Dalam forum itu, Irjen Didik juga membagikan pengalamannya saat kembali ke bangku kuliah pada tahun 1999. Ia mendalami teori-teori penanganan aksi massa yang kini menjadi referensi penting dalam kebijakan pengamanan di lapangan.

“Dari kampus dan kalangan akademiklah Polri dapat belajar cara berpikir sistematis dalam mengambil keputusan,” ujarnya.

Ia pun mendorong agar sinergi antara kepolisian dan perguruan tinggi terus diperkuat untuk mencegah tumbuhnya ekstremisme di kalangan generasi muda.


Editor: Redaksi

error: Content is protected !!