Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) adalah salah satu upaya yang tengah dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menggenjot produktivitas dalam menghadapi perubahan iklim menuju pertanian yang ramah lingkungan.
Climate Smart Agriculture sendiri adalah paket teknologi ramah lingkungan yang diinisiasi oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) melalui program Strategic Irrigation Modernization Urgent Project atau SIMURP.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, jika tujuan dari pembangunan pertanian diantaranya adalah peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, meningkatkan intensitas pertanaman, serta berbudidaya yang ramah lingkungan dengan tujuan akhir mensejahterakan masyarakat.
“Perubahan iklim dan cuaca ekstrem akan berdampak tidak linier, tidak bisa diprediksi dan tidak berkelanjutan,” kata Mentan.
Mentan juga menegaskan jika Program SIMURP memberikan banyak manfaat untuk petani dan penyuluh.
“SIMURP mengajarkan banyak hal kepada petani. Khususnya bagaimana melakukan pertanian pintar dalam menghadapi perubahkan iklim. Termasuk bagaimana cara mengantisipasi dan menangani penyakit tanaman,” katanya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan Dedi Nursyamsi, mengatakan tujuan dari SIMURP adalah untuk meningkatkan produktivitas pertanian serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, khususnya yang berada di sekitar daerah irigasi disekitar lokasi SIMURP.
Oleh karena itu, dirinya berharap agar penyuluh segera dapat mengimplementasikan ilmu yang sudah didapat tentang Climat Smart Agriculture atau pertanian cerdas kepada petani.
Saat ini, program SIMURP bertambah 5 lokasi di Jawa Tengah, salah satunya Kabupaten Demak. Farikh Sakti Syaripudin, dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Kabupaten Demak mengatakan, pada 2022, ada lima kecamatan atau BPP yang mendapat bantuan kegiatan SIMURP. Yaitu Kecamatan Wonosalam, Demak, Bonang, Dempet, dan Kebonagung.
“Bantuan program itu banyak sekali manfaatnya, yaitu ilmu dan teknologi baru terkait penerapan CSA atau pertanian cerdas iklim, untuk antisipasi perubahan iklim yang saat ini terjadi,” ujarnya, Jumat (15/7).
Menurut Farikh, dalam budidaya sekarang ini, ada perlakukan khusus yang dilakukan petani. Seperti untuk pemupukan menggunakan pupuk organik dan pemupukan berimbang dengan sistim pola tanam jajar legowo.
“Karena program SIMURP baru masuk 2022, jadi belum semua petani mengaplikasikannya. Namun dari demplot yang ada dari program SIMURP sudah terlihat dampaknya, produktivitas lebih tinggi dibanding budidaya yang dilakukan seperti biasa. Semoga setelah lihat hasil demplot yang produksinya meningkat, semua petani mau mengaplikasikannya” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak, Subondo mengatakan, walaupun wilayah binaannya belum menjadi lokasi program SIMURP, tapi semua penyuluh terus melakukan sosialisasi, karena itu merupakan salahsatu program andalan Kementan.
Subondo mengungkapkan, pola tanam yang dilakukan petani binaannya adalah padi, padi, palawija (kacang hijau) varietas Bima 3 seluas 100hl hektar yang kini menjadi program ekspor dan dibina langsung Direktorat Ikabi.
“Di musim tanam kacang hijau ini, cuaca ekstrim, jadi terganggu produksinya,” katanya. (NF).
Editor: Wiwid Abid Abadi