Buton – Aroma persaingan menuju Musyawarah Daerah (Musda) XI Partai Golkar Sulawesi Tenggara (Sultra) mulai memanas. Di tengah mengerucutnya peta dukungan sejumlah DPD II kepada kandidat petahana Herry Asiku, Ketua DPD II Golkar Buton, La Bakry, justru memilih sikap penuh perhitungan.
Saat dimintai tanggapannya oleh Sultranesia.com pada Senin, (21/4), La Bakry menegaskan bahwa DPD II Buton belum menentukan arah dukungan. Ia menyebut pihaknya masih menunggu perkembangan serta arahan resmi dari struktur partai.
“Seperti juga daerah lainnya, DPD II Buton menunggu arahan,” ujarnya singkat namun sarat makna.
Sikap diam Buton ini bukan tanpa arti. Sebagai salah satu DPD II yang memiliki hak suara dalam Musda, posisi Buton tergolong strategis dalam menentukan arah dukungan. Ketika sejumlah daerah mulai terang-terangan menyatakan dukungan ke Herry Asiku, Buton memilih membaca peta, menimbang, dan tetap membuka opsi.
La Bakry secara terbuka menyebut tiga nama yang saat ini mulai muncul ke permukaan sebagai kandidat Ketua DPD I Partai Golkar Sultra.
“Nama-nama yang sudah menyatakan kesiapan sejauh ini, ada Pak Herry Asiku sebagai petahana, kemudian Bupati Muna Barat, La Ode Darwin, juga Ketua Bappilu DPD I Pak Abu Hasan. Yang lain masih belum secara terbuka menyatakan maju,” jelas mantan Bupati Buton itu.
Pernyataan tersebut mencerminkan kehati-hatian politik. Alih-alih terburu-buru ikut arus, Buton seolah menyiapkan diri sebagai penentu di ujung pertandingan. Dalam kontestasi politik internal yang kerap berjalan dinamis dan penuh kalkulasi, manuver semacam ini bisa menjadi kartu truf tersendiri.
Namun, La Bakry menekankan satu hal yang menurutnya menjadi syarat mutlak bagi siapapun yang ingin memimpin Golkar Sultra, yakni komitmen.
“Pada prinsipnya semua DPD II berharap, siapapun yang terpilih nanti harus berkomitmen untuk membesarkan partai di pemilu mendatang,” tegas pria kelahiran Buton, 7 Mei 1966 itu.
Sinyal kuat dari Buton ini mempertegas bahwa Musda Golkar Sultra tidak semata soal figur, tapi juga soal arah dan loyalitas yang berpijak pada hasil kalkulasi politik yang matang. Dan Buton tampaknya belum ingin memainkan semua kartunya, setidaknya belum untuk saat ini.
Editor: Denyi Risman