Kolaka Utara – Anggota Komisi IV DPR RI, Jaelani, kembali menegaskan komitmennya untuk mengembalikan fungsi ekologis hutan sekaligus membuka jalan baru bagi kesejahteraan warga.
Melalui program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), Jaelani menginisiasi langkah konkret mengubah lahan kritis di Kolaka Utara menjadi kawasan produktif bernilai ekonomi tinggi.
Kegiatan yang digelar di Balai Desa Samaturu, Kecamatan Watunohu, Selasa (21/10), menggandeng Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Sulawesi Tenggara. Ratusan warga, kelompok tani hutan, dan perangkat desa hadir mengikuti sosialisasi serta penyerahan bibit produktif secara simbolis.
Kegiatan ini tidak sekadar seremoni tanam bibit seperti yang kerap dilakukan di banyak daerah. Ada strategi yang lebih sistematis di baliknya, mulai dari pemetaan lahan kritis, pendampingan teknis, hingga pemilihan jenis tanaman bernilai ekonomi seperti durian, alpukat, dan nangka.
Politisi PKB itu menegaskan, RHL bukan hanya program penghijauan biasa. Ia menyebutnya sebagai investasi jangka panjang yang memadukan aspek lingkungan dan ekonomi.
“Hutan adalah masa depan anak cucu kita. Melalui program Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang kita inisiasi bersama BPDAS Sultra ini, kita berupaya memulihkan fungsi lahan-lahan kritis,” kata Jaelani.
Ia berharap bibit yang diserahkan dapat benar-benar memberikan dampak nyata bagi peningkatan taraf hidup masyarakat.
“Lebih dari itu, dengan penyerahan bibit produktif unggulan seperti durian, alpukat, nangka, dan bibit bernilai ekonomi tinggi lainnya, kita berharap masyarakat Kolaka Utara, khususnya di Samaturu, dapat meningkatkan taraf hidup mereka melalui hasil hutan bukan kayu (HHBK),” terangnya.
Dukungan teknis juga datang dari tim BPDAS Sultra. Mereka memaparkan metode konservasi tanah dan air, identifikasi lahan prioritas rehabilitasi, hingga tata cara perawatan bibit agar produktivitas jangka panjang dapat tercapai.
Tim teknis menegaskan, keberhasilan program ini sangat bergantung pada partisipasi aktif kelompok tani serta kesadaran masyarakat menjaga hutan yang telah direhabilitasi.
Penyerahan ribuan bibit menjadi puncak acara. Bibit-bibit itu langsung diserahkan kepada kelompok tani untuk ditanam di lahan kosong maupun area kritis yang selama ini tidak termanfaatkan.
Targetnya, dalam beberapa tahun ke depan, area gundul di Samaturu bisa berubah menjadi kebun produktif yang menopang ketahanan pangan lokal dan meningkatkan pendapatan warga.
Antusiasme masyarakat terlihat nyata. Mereka menyebut program Jaelani sebagai angin segar di tengah menurunnya hasil pertanian akibat degradasi lahan.
“Baru kali ini kami dilibatkan langsung dari awal sampai penanaman,” ujar salah satu petani yang hadir.
Editor: Redaksi








