Berita  

Lomba Goyang Bumi Moro dalam Gema Tradisi dan Modernitas

Fajar Hasan hadir langsung di tengah-tengah masyarakat dalam lomba goyang Bumi Moro. Foto: Dok. Istimewa.

Muna Barat – Pada pagi yang cerah di Minggu, 4 Agustus 2024, Desa Barangka, Kecamatan Barangka, Muna Barat, terbangun dari lelapnya. Di tengah hamparan hijau yang dikelilingi pohon-pohon raksasa berusia ratusan tahun, Pemandian Matakidi, dengan airnya yang jernih dan berwarna kebiruan, menjadi saksi bisu dari sebuah perayaan budaya yang meriah: Lomba Goyang Bumi Moro. Dengan semangat yang membara, Fajar Hasan (FH) Connection menyelenggarakan acara ini selama dua hari, dari 3 hingga 4 Agustus, memadukan kesenian tradisional dengan gerakan tari modern dalam harmoni yang memukau.

Dari Keheningan Menuju Kejayaan

Sebelum hari yang dinanti-nanti ini tiba, Pemandian Matakidi, yang biasanya damai dengan gemericik air dan kicauan burung endemik Sulawesi Tenggara, disiapkan dengan penuh perhatian. Pada 2 Agustus, sebelum bintang-bintang dan sinar matahari menggantikan satu sama lain, puluhan anggota FH Connection mulai beraksi. Mereka memulai hari dengan semangat gotong royong yang membara, membersihkan kolam dari sampah, lumut, dan dedaunan kering, dan memastikan fasilitas umum berfungsi dengan baik. Aksi sosial ini, lebih dari sekadar persiapan, adalah sebuah bentuk pengabdian kepada lingkungan dan komunitas.

Lomba Goyang Bumi Moro: Tari dalam Harmoni

Pemandian Matakidi kini dipenuhi oleh 52 peserta, baik pemuda maupun lansia, yang datang untuk berkompetisi dalam Lomba Goyang Bumi Moro. Setiap peserta membentuk tim beranggotakan enam hingga delapan orang, siap memamerkan penampilan terbaik tim mereka. Tarian khas daerah muna seperti modero dan silat Muna yang dikenal dengan nama Ewa Wuna juga ditampilkan dalam kegiatan ini.

Para peserta menari dengan penuh gairah, membaurkan gerakan modern dengan sentuhan tradisional yang kental. Hadiah-hadiah menarik—Rp8 juta untuk juara pertama, Rp6 juta untuk juara kedua, dan Rp4 juta untuk juara ketiga—menjadi pendorong semangat, tetapi makna sejatinya terletak pada pelestarian budaya dan kebersamaan.

Ketua panitia, Fatahudin, berdiri di tengah keramaian, berbicara dengan penuh kebanggaan tentang tujuan acara ini. “Lomba Goyang Bumi Moro bukan hanya untuk menghibur, tetapi juga untuk merayakan dan melestarikan budaya Muna. Ini adalah simfoni yang mengharmoniskan langkah-langkah tradisi dan inovasi,” ujarnya. Ia berharap, melalui acara ini, Pemandian Matakidi tidak hanya menjadi jantung dari perayaan lokal tetapi juga destinasi wisata yang dikenal secara nasional dan internasional.

Pesona Matakidi: Lebih dari Sekadar Tempat

Di balik keramaian lomba, Pemandian Matakidi adalah sebuah keajaiban alam. Dengan kedalaman sekitar dua meter, airnya yang sejuk dan jernih menciptakan refleksi yang menenangkan. Pohon-pohon besar yang menjulang tinggi dan burung-burung endemik menambah keindahan tempat ini. Tidak jarang, kawanan monyet ekor panjang bergelantungan di atas pohon, menambah warna dalam pemandangan yang memukau ini. Di sebelah kanan pemandian, terdapat mata air Ambolokidi, yang telah menjadi lokasi ritual adat sejak zaman dahulu. Tempat ini bukan hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai bagian integral dari warisan budaya dan spiritual masyarakat setempat.

Harmoni Budaya dan Pemasaran Wisata

Muhammad Fajar Hasan, tokoh yang berperan penting dalam acara ini, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada seluruh masyarakat Muna Barat yang berpartisipasi. “Kegiatan ini merayakan HUT Muna Barat ke-10 dan menyambut 17 Agustus. Selain menghibur, ini juga menjalin hubungan silaturahmi dan mempromosikan wisata,” katanya dengan tulus. Ia menambahkan bahwa acara ini, meski memiliki nuansa politik menjelang pilkada, lebih dari sekadar permainan politik. Ini adalah kesempatan untuk mempromosikan budaya dan ekonomi lokal, serta meningkatkan kesadaran akan potensi wisata.

Dengan mengundang artis nasional Kartika Waode dan konten kreator terkenal seperti Waode Kartini, FH Connection tidak hanya membangun reputasi Pemandian Matakidi, tetapi juga memperluas jangkauan promosi budaya. Mereka menanam benih-benih harapan untuk masa depan, berharap agar Pemandian Matakidi dapat menarik perhatian dunia luar dan menjadi destinasi yang dikenang oleh banyak orang.

Jalan Menuju Masa Depan yang Cerah

Lomba Goyang Bumi Moro adalah lebih dari sekadar kompetisi; ini adalah perayaan yang melibatkan hati dan jiwa masyarakat. Dengan rencana untuk melanjutkan acara serupa di wilayah Lawa Raya dan Kusambi Raya, FH Connection menunjukkan komitmennya untuk memperluas dampak positif dari kegiatan ini. Melalui acara ini, mereka tidak hanya merayakan HUT Muna Barat dan HUT RI tetapi juga membangun jembatan antara tradisi dan modernitas.

Ketika matahari mulai meredup di ufuk barat, Pemandian Matakidi berdiri sebagai saksi kebangkitan dan kebahagiaan yang terukir dalam setiap gerakan tarian. Air yang berkilau, suara tawa, dan sorak-sorai menjadi melodi yang menggema jauh melampaui batas-batas desa. Lomba Goyang Bumi Moro bukan hanya menari di panggung, tetapi juga menari dalam hati setiap orang yang hadir, menghidupkan kembali tradisi, dan memberikan harapan untuk masa depan yang lebih cerah.


Laporan: Denyi Risman

error: Content is protected !!