Kendari– Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mendorong pencapaian target realisasi investasi tahun 2023, melalui potensi sektor unggulan.
Sulawesi Tenggara (Sultra) dengan sumber daya alamnya yang melimpah memiliki sektor unggulan yakni pariwisata, pertanian, perkebunan, pertambangan dan energi, serta kelautan dan perikanan.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sultra, Parinringi menuturkan penumbuhan kawasan strategis daerah menjadi salah satu kebijakan yang mendorong investasi.
Sektor-sektor strategis ini disesuaikan dengan daya dukung lingkungan dan potensi unggulan daerah yang dimiliki sehingga terbentuk pengembangan sentra-sentra ekonomi baru.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra untuk mencapai kebijakan ini menyediakan kemudahan bagi para pengusaha.
Dengan kemudahan ini maka menimbulkan gairah bagi para pelaku usaha untuk berinvestasi di Sulawesi Tenggara (Sultra).
“Kami terus mendorong inovasi dan investasi diberbagai lini khususnya sektor unggulan di Sulawesi Tenggara yakni pariwisata, pertanian, perkebunan, pertambangan dan energi, serta kelautan dan perikanan,” terang Parinringi.
Diuraikan, sektor unggulan pariwisata memiliki potensi besar untuk menarik investor untuk berinvestasi di Sultra.
Mengingat, salah satu daerah Sulawesi Tenggara (Sultra) yakni Kabupaten Wakatobi menjadi salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Dimana, berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) nomor 310 tahun 2024, Pemerintah Provinsi (Pemprov) menetapkan 7 destinasi wisata penyangga Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Wakatobi ini.
Destinasi pariwisata prioritas tersebut dikenal dengan sebutan ‘Seven Wonders’ yang terdiri dari Koridor Wisata Teluk Kendari-Toronipa-Labengki, Benteng Keraton Wolio-Lambusango, Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Pulau Padamarang, Kawasan Karts Pulau Muna, Kawasan Karts Matarombeo dan Kawasan Mangrove Buton Utara.
Selain itu wilayah Sulawesi Tenggara memiliki kawasan wisata terdiri dari 1.026 destinasi wisata alam, 881 wisata budaya, dan 104 destinasi buatan.
Sebagai pendukung potensi pariwisata tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra telah melakukan pembangunan, rekonstruksi, dan pengembangan infrastruktur pendukung seperti jalan dan pelabuhan. Serta pengembangan Bandara Halu Oleo menjadi Bandara Internasional.
“Setiap saat juga, Pemprov Sultra membuka ruang bagi investor khususnya pengusaha lokal ambil bagian dalam membangun pariwisata daerah di Sultra,” ungkap Parinringi.
“Pemprov Sultra menyediakan dan memberikan fasilitas kemudahan bagi para pengusaha. Sehingga ini akan menimbulkan gairah bagi pelaku usaha untuk berinvestasi di sektor pariwisata di Sultra,” tambahnya.
Sementara itu dari sektor pertanian, Sulawesi Tenggara memiliki potensi lahan pertanian produktif seluas 2,858 juta hektar terdiri dari 2,734 juta hektar lahan kering dengan berbagai jenis tanaman pertanian serta 124,01 ribu hektar sawah fungsional.
Sektor pertanian merupakan satu potensi unggulan di Sultra. Pasalnya selain potensi lahan, sektor ini dapat menjaga kedaulatan pangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Dari segi realisasi jasa sektor pertanian di Sultra telah berhasil mempertahankan surplus beras dalam kurun waktu 2019 sampai dengan 2022 termasuk pada masa pandemi Covid-19, dengan rata-rata surplus beras pertahun sebesar 26.747 ton.
Selain itu, 5 tahun terakhir berhasil melakukan pengiriman beras keluar daerah sebanyak + 92.284 ton, berhasil menginisiasi dan mengembangkan tanaman sorgum, seluas 573 hektar dan porang, seluas 653 hektar pada 17 kabupaten/kota sejak tahun 2020 hingga tahun 2023 sebagai pangan alternatif.
Selanjutnya, berhasil membangun jalan usaha tani sejak tahun 2021 hingga sekarang sepanjang 25.227 meter yang tersebar pada 17 kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara.
Serta, berhasil menyediakan sarana berupa alat mesin pertanian pra dan pasca panen sebanyak 4.153 unit, melakukan eksport hasil perkebunan, antara lain mete, minyak sawit, cacao ke negara Malaysia, Vietnam, India dan Jerman sebanyak 1.752 ton.
Dan, meningkatkan populasi sapi potong dalam 2 tahun terakhir sebanyak 7,4 persen, dan rata-rata 6,8 persen.
“Dengan potensi di sektor pertanian ini serta dukungan dari pemerintah akan memberikan keuntungan bagi para investor,” ujar Parinringi.
“Mendorong masuknya investasi dapat pula mengoptimalkan pengembangan industri pertanian. Sehingga dengan kemitraan ini akses petani terhadap teknologi, permodalan, pasar, pengembangan pengetahuan dan keahlian dapat ditingkatkan,” tambahnya.
Dibeberkan, sektor unggulan lain yakni perkebunan dengan komoditi unggulan di Sultra yakni kakao, cengkih, jambu mete, pala, kelapa, dan lada.
Potensi investasi disektor ini dapat meningkatkan nilai tambah hasil komoditi perkebunan. Dimana, investor disektor ini dapat berinvestasi dengan membangun pabrik pengolahan hasil perkebunan.
Disebutkan, hadirnya industri pabrik di sektor perkebunan ini dampak positif dirasakan bagi masyarakat dan investor.
“Pengolahan hasil perkebunan dapak meningkatkan nilai dari komoditi tersebut. Sehingga ini menjadi sektor unggulan bagi investasi,”ujar Parinringi.
“Pemerintah berkomitmen mempermudah investor untuk menanamkan modalnya serta memberikan pembinaan dan pendampingan kepada masyarakat agar mampu menghasilkan produksi perkebunan yang standar untuk kebutuhan industri,” tambahnya.
Selanjutnya, sektor pertambangan dan energi yang menjadi primadona investasi di Sulawesi Tenggara (Sultra).
Pasalnya, sektor ini di tahun 2022 lalu menjadi salah satu diantara penyumbang terbesar realisasi investasi dengan jumlah Rp2, 441 trilun.
Dibeberkan, komoditas dari sektor pertambangan tersebar di seluruh kabupaten di Sulawesi Tenggara, baik yang telah dieksplorasi secara penuh maupun yang belum dimanfaatkan.
Pulau Buton adalah wilayah yang paling terkenal sebagai penghasil aspal terbesar di Sulawesi Tenggara. Diperkirakan 662 juta ton timbunan aspal curah berada di Kabupaten Buton dan Buton Utara.
Sulawesi Tenggara juga memiliki pasokan bijih nikel yang sangat besar, sekitar 97,4 miliar ton, yang tersebar di Kabupaten Kolaka Utara, Kolaka, Konawe Selatan, Konawe, dan Bombana (Pulau Kabaena).
Beberapa kegunaan bijih nikel antara lain sebagai bahan pembuatan koin, rangka otomotif, dan baterai isi ulang untuk kendaraan bermotor listrik (KBL). Seiring dengan tujuan pemerintah dalam meningkatkan produksi dan penggunaan KBL, kebutuhan nikel diperkirakan juga akan meningkat.
Selain di tahun 2023 ini juga, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian kembali menetapkan 10 Proyek Strategis Nasional (PSM), di mana tiga diantaranya berada di Sultra yakni Kawasan Industri Indonesia Pomalaa Industry Park, Kawasan Industri Motui dan Kawasan Industri Kendari.
“Program Strategis Nasional yang ada di Sultra ini akan di dorong sebagai upaya percepatan pembangunan sehingga dampak dari proyek ini secepatnya juga dapat dirasakan oleh masyarakat Sultra terutama pada sisi pertumbuhan ekonominya,” ujar Parinringi.
“Sesuai arahan pemerintah pusat, tujuan proyek yang dilakukan ini difokuskan untuk menarik investasi swasta dan mendorong hilirisasi industri,” tambahnya.
Sektor unggulan investasi di Sulawesi Tenggara berikutnya yakni kelautan dan perikanan.
Dimana, letak Sultra diantara Laut Flores dan Laut Banda yang merupakan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 713 dan 714 sehingga menjadikan Sultra sebagai salah satu daerah dengan produksi perikanan yang besar di Indonesia.
Di tahun 2022, Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Sultra mencatat jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) di perairan Sultra kurang lebih 542.000 ton per tahun.
Dari angka tersebut, jumlah yang baru dapat dimanfaatkan sebesar 210.380 ton per tahun atau 38,76 persen. Angka ini didapat dari berbagai jenis ikan bernilai ekonomis tinggi.
Umumnya pemanfaatan potensi ini dilakukan oleh nelayan kecil dengan menggunakan alat pancing dan jaring insang.
“Dengan pemanfaatan potensi perikanan yang baru mencapai 38,76 persen ini, peluang bagi para investor untuk melakukan investasi. Peluang investasi penangkapan di laut dalam atau lepas pantai antara lain alat tangkap purse seine dan rumpon laut dalam,” ujar Parinringi.
Dibeberkan, potensi lain dari sektor kelautan dan perikanan yakni pengembangan rumput laut.
Dimana, seluruh wilayah Sultra yang memiliki laut meliputi Konawe, Konawe Utara, Konawe Kepulauan, Buton Utara, Buton, Buton Selatan, Buton Tengah, Muna, Muna Barat, Bombana dan Kolaka memiliki potensi itu.
“Total produksi rumput laut di seluruh wilayah Sultra diperkirakan mencapai 146.856 ton per tahun. Jumlah ini berasal dari lahan produksi seluas kurang lebih 12.238 hektar. Sehingga ini menjadi sektor unggulan di Sultra,” ungkap Parinringi.
Lebih lanjut Parinringi mengatakan pihaknya berkomitmen untuk memberikan kemudahan dan rasa aman bagi para investor di sektor unggulan tersebut.
“Dengan investasi ini realisasi investasi di tahun 2023 ini akan tercapai. Serta kehidupan masyarakat Sultra akan sejahtera dengan manfaat investasi ke depan,” pungkasnya.
ADVETORIAL