Kendari – Di balik sikap tenang dan tegasnya, Irjen Pol Drs Waris Agono MSi menyimpan kisah panjang pengabdian dan ketulusan. Lahir di Boyolali, Jawa Tengah, 28 April 1968, sosok ini kini menjadi pucuk pimpinan Kepolisian Daerah Maluku Utara sejak 12 Maret 2025.
Lebih dari tiga dekade ia menapaki jalan pengabdian di tubuh Polri, sebagian besar di satuan elite Brigade Mobil (Brimob), tempat di mana disiplin, keberanian, dan loyalitas adalah napas kehidupan.
Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1990 ini mengawali kariernya di Brimob dengan semangat yang sama seperti hari pertama mengenakan seragam cokelat kebanggaan.
Dari lapangan hingga markas besar, jejak pengabdiannya terpahat jelas. Ia pernah memimpin Satuan Brimob di berbagai daerah, mulai dari Lampung, Jawa Timur, Kepulauan Riau, hingga Jawa Barat.
Setiap penugasan membawa tantangan berbeda, namun juga menambah keteguhan karakternya sebagai seorang pemimpin lapangan yang matang.
Sebelum memimpin Polda Maluku Utara, Waris sempat menjabat sebagai Wakapolda Sulawesi Tenggara (2020–2023) dan Komandan Pasukan Pelopor Korbrimob Polri (2023–2025).
Dua jabatan strategis ini semakin menegaskan reputasinya sebagai perwira yang tangguh dan visioner.
Di kalangan anggota, ia dikenal bukan hanya karena ketegasannya, tetapi juga karena kedekatannya dengan bawahan. “Pemimpin yang baik bukan hanya memberi perintah, tapi juga memberi teladan,” begitu salah satu prinsip hidupnya.
Begitu menjabat Kapolda Maluku Utara, Waris langsung dihadapkan pada persoalan pelik: maraknya penambangan ilegal yang mengancam lingkungan dan stabilitas keamanan.

Ia pun bergerak cepat. Bersama jajaran, ia mencanangkan program penertiban aktivitas pertambangan ilegal demi menjaga ekosistem dan menegakkan hukum di tanah Maluku Utara.
“Kami berkomitmen menciptakan lingkungan yang aman dan berkelanjutan bagi masyarakat,” ujarnya dalam satu kesempatan.
Kalimat sederhana itu mencerminkan filosofi kepemimpinan yang ia pegang teguh: keamanan tidak hanya tentang menindak, tetapi juga tentang melindungi kehidupan.
Namun di balik ketegasan seorang jenderal, tersimpan kelembutan seorang anak yang selalu mengingat pesan ibunya. Dalam wawancara yang penuh kehangatan, Waris mengungkapkan bahwa ibunyalah yang menjadi sumber kekuatan dan nilai-nilai hidupnya.
“Percayalah, dalam kondisi apa pun, entah memiliki jabatan atau tidak, hanya seorang ibu yang akan tetap menerima dan mencintaimu tanpa syarat,” katanya dengan nada lirih.
Ia masih ingat betul pesan ibunya yang terus bergema di hati:
“Nak, apa pun yang terjadi, kamu tetap cahaya di hati Ibu. Dalam tawa maupun tangis, dalam jatuh ataupun bangkit, cinta Ibu padamu takkan pernah pudar. Kamu tidak harus selalu kuat, karena di pelukan Ibu kamu boleh menjadi lemah. Ibu percaya padamu, dan akan selalu ada untukmu.”
Bagi Waris, pesan itu bukan sekadar kata-kata, melainkan kompas moral yang membimbingnya setiap kali ia harus membuat keputusan penting. Nilai-nilai ketekunan, kejujuran, dan kasih sayang dari ibunya menjadi fondasi yang tak tergoyahkan dalam perjalanan kariernya.
Atas dedikasinya, Waris Agono telah menerima berbagai penghargaan, di antaranya Satya Lencana Ksatrya Tamtama, Satyalancana Dharma Nusa, dan Bintang Bhayangkara Nararya.
Namun, penghargaan terbesar baginya adalah kepercayaan masyarakat dan keberhasilan membangun budaya kerja yang profesional dan humanis di lingkungan kepolisian.
“Menjadi polisi bukan sekadar memakai seragam, tetapi tentang bagaimana kita menjaga kepercayaan masyarakat dan keluarga,” tutupnya dengan senyum yang tenang.
Kini, dari tanah kelahirannya di Boyolali hingga ke bumi Maluku Utara, perjalanan Irjen Pol. Waris Agono menjadi bukti bahwa seorang pemimpin sejati dibentuk bukan hanya oleh jabatan dan pangkat, tetapi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang tumbuh dari keluarga, terutama dari seorang ibu yang tak pernah berhenti percaya pada anaknya.
Editor: Wiwid Abid Abadi








