Kendari – Malam di Kendari mendadak riuh. Ratusan pengemudi ojek online (ojol) berbondong-bondong mendatangi Polresta Kendari pada Selasa (4/3), membawa satu suara: keluhan tentang bahan bakar yang diduga dioplos.
Mereka menuding sejumlah SPBU di Kota Kendari sebagai biang keladi mogok massal kendaraan mereka.
Dari rekaman yang beredar di grup WhatsApp, tampak para ojol berjibaku menguras tangki motor mereka, mencoba mengeluarkan bensin yang diduga menjadi penyebab utama mogoknya kendaraan. Di sudut lain, puluhan motor tampak mogok, sementara para pengemudinya resah.
Sabarudin, salah seorang ojol, mengungkapkan bahwa bukan hanya dia yang menjadi korban, tetapi puluhan rekannya mengalami hal serupa. Ia curiga ada sesuatu yang tak beres dengan Pertalite yang mereka beli.
“Masalahnya, semua SPBU di Kendari itu bermasalah. Terindikasi kemungkinan Pertalite dioplos,” ungkapnya dengan nada geram.
Menurutnya, sedikitnya 100 motor mengalami kerusakan dengan gejala serupa: mesin tersendat, tarikan berat, lalu mati total.
Ia meminta pihak kepolisian segera turun tangan menyelidiki SPBU di Kota Kendari, termasuk depot pemasok bahan bakar.
“Kami berharap pihak kepolisian bisa memeriksa SPBU-SPBU di Kendari. Tapi saya duga masalahnya datang langsung dari depot, karena hampir semua SPBU yang habis mengisi, kendalanya sama semua,” ujar Sabarudin.
Keluhan senada disampaikan Hasbullah, yang mengisi BBM di SPBU Rabam, Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kelurahan Bende, Kecamatan Kadia. Baginya, kejadian ini lebih dari sekadar insiden teknis, melainkan ancaman bagi mata pencahariannya.
“Setelah saya isi di SPBU Rabam, motor langsung brebet dan mati. Awalnya saya kira cuma saya yang kena, ternyata banyak teman-teman yang alami hal yang sama,” tuturnya.
Arham, ojol lainnya, menambahkan bahwa dampaknya bukan hanya pada mesin, tetapi juga pada penghasilan mereka yang bergantung sepenuhnya pada kendaraan.
“Kami cari makan dari motor ini. Kalau mogok gara-gara bensin, siapa yang mau tanggung jawab? Kami tidak bisa kerja, rugi besar,” keluhnya.
Menurutnya, ini bukan sekadar perkara Pertalite, tapi menyangkut kehidupan banyak orang. Mereka pun meminta Pertamina turun tangan dan bertanggung jawab atas kerusakan kendaraan akibat bahan bakar yang mereka beli dengan susah payah.
“Kami berharap masalah ini cepat diselesaikan, apalagi ini bulan puasa. Kami juga meminta agar Pertamina bertanggung jawab atas kendaraan-kendaraan yang rusak,” tambah Arham.
Sementara itu, pihak kepolisian belum memberikan keterangan mendalam. Saat dikonfirmasi, Kasi Humas Polresta Kendari, IPDA Hariddin, hanya memberikan tanggapan singkat:
“Kami cek dulu, Pak,” jawabnya melalui pesan WhatsApp.
Hingga berita ini diterbitkan, upaya konfirmasi ke pihak Humas Pertamina Region Sulawesi, Yuko dan Romi, belum membuahkan hasil. Pesan dan panggilan masih menggantung tanpa jawaban.
Editor: Redaksi