Muna Barat – Kebakaran terus menjadi ancaman serius bagi warga Kabupaten Muna Barat sepanjang tahun 2024. Dari awal tahun hingga bulan Juli, serangkaian kebakaran telah menyebabkan kerugian besar, menelan harta benda, dan bahkan nyawa.
Di balik statistik tersebut, terdapat kisah-kisah perjuangan warga menghadapi bencana dengan keterbatasan sumber daya.
12 Februari 2024 – Kebakaran di Desa Latompe
Hari itu, Djafar S dan keluarganya di Desa Latompe, Kecamatan Lawa, mengalami tragedi tak terduga. Sekitar pukul 08.30 Wita, rumah panggung mereka dilalap api yang cepat menyebar karena dinding rumah yang terbuat dari papan kayu. Istri Djafar yang pagi itu memasak dengan tungku dapur tidak menyadari bahaya yang mengintai. Ketika mereka kembali dari kebun, hanya puing-puing yang tersisa.
“Api begitu cepat menyebar. Tetangga kami, Wa Ode Lora, melihat api pertama kali dan langsung berteriak meminta bantuan. Tapi kami tidak bisa berbuat banyak, pemadam kebakaran baru tiba ketika semuanya sudah habis,” cerita Djafar dengan wajah sedih. Kerugian dari kebakaran ini diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
9 April 2024 – Rumah Terbakar di Desa Suka Damai
Putu Pastika tidak pernah membayangkan akan kehilangan rumahnya begitu saja. Pada 9 April, saat ia sedang keluar, rumahnya di Desa Suka Damai, Kecamatan Tiworo Tengah, terbakar. Api melahap habis rumah tersebut sekitar pukul 02.00 Wita. Putu mengetahui kebakaran itu dari kakaknya dan segera bergegas pulang, hanya untuk mendapati bahwa tidak ada yang bisa diselamatkan.
“Saya tidak tahu harus bagaimana. Semua barang, surat-surat penting, habis terbakar. Kerugian kami sekitar Rp 40 juta,” ungkap Putu dengan nada penuh kepasrahan. Lagi-lagi, mobil pemadam kebakaran tiba terlambat di lokasi.
4 Mei 2024 – Kios Terbakar di Desa Barakah
Rustam, seorang warga di Desa Barakah, Kecamatan Tiworo Selatan, mengisahkan peristiwa yang menimpa tetangganya, Jufri, pada 4 Mei. Kios milik Jufri terbakar setelah botol bensin pecah terkena hawa panas dari kompor. Jufri dan dua anaknya mengalami luka bakar akibat kejadian ini. “Saat itu listrik padam dan jaringan seluler hilang, kami tidak bisa menghubungi mobil pemadam kebakaran,” kenang Rustam.
Kios tersebut adalah sumber penghasilan utama keluarga Jufri. Kini, dengan kerugian mencapai Rp 80 juta, Jufri harus memikirkan cara untuk membangun kembali usahanya dari nol.
6 Mei 2024 – Tragedi di Desa Wapae
Hari itu menjadi mimpi buruk bagi Nyoman Widana di Desa Wapae, Kecamatan Tiworo Tengah. Pagi hari, Nyoman mengantar anaknya ke sekolah, meninggalkan istrinya, Eko Yulianti, di rumah. Ketika ia kembali sekitar pukul 06.45 Wita, ia menemukan rumahnya terbakar. Meskipun warga mencoba menolong, mereka hanya bisa mendobrak pintu kamar dan menemukan Eko Yulianti sudah hangus terbakar.
“Tidak ada yang bisa kami lakukan. Kamar itu terkunci dari dalam, dan api begitu cepat menyebar,” cerita Sarianto, Kepala Desa Wapae.
24 Juli 2024 – Kebakaran di Kelurahan Waumere
Insiden kebakaran terbaru terjadi pada 24 Juli di Kelurahan Waumere, Kecamatan Tiworo Kepulauan. Rumah milik Musafir dilalap api sekitar pukul 19.00 Wita. Warga setempat bergotong royong memadamkan api dengan peralatan seadanya. Namun, seperti kejadian sebelumnya, mobil pemadam kebakaran tiba terlambat di lokasi, sekitar pukul 20.00 Wita. Kerugian atas musibah kebakaran ini diperkirakan kurang lebih sekitar Rp 100 juta.
Melihat Ke Depan
Masyarakat Muna Barat kini berharap adanya perubahan nyata. Mereka mendesak pemerintah untuk meningkatkan jumlah pos pemadam kebakaran dan memperbaiki jaringan komunikasi untuk respons yang lebih cepat. Cerita-cerita ini bukan hanya tentang kebakaran, tetapi juga tentang perjuangan warga dalam menghadapi situasi sulit.
Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab besar untuk memperbaiki infrastruktur dan meningkatkan kesiapan tanggap darurat. Karena dalam situasi darurat, setiap detik sangat berarti. Masyarakat Muna Barat berharap kisah-kisah mereka dapat menjadi dorongan bagi perbaikan yang mendesak dan berkelanjutan.
Penulis: Denyi Risman