Kolaka – Dalam sebuah dialog politik yang digelar di salah satu kafe ternama di Kolaka pada Selasa (8/10), mantan Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam, yang memimpin selama dua periode, menyampaikan pandangannya terkait kesetaraan gender dalam kepemimpinan politik.
Di hadapan peserta yang hadir, Nur Alam menegaskan bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki hak yang setara dalam hal kepemimpinan, dan masyarakat, khususnya laki-laki, harus bisa menerima perempuan sebagai pemimpin.
“Kita tentunya sudah melihat banyaknya pemimpin perempuan di republik ini, seperti menteri keuangan Republik Indonesia, bahwa perempuan-perempuan hari ini tidak bisa lagi kita identikan sebagai ibu rumah tangga, yang bertugas hanya di rumah, tapi perempuan hari ini juga telah mengambil alih pemimpin-pemimpin politik di Indonesia dan di dunia,” jelas Nur Alam.
Pernyataan Nur Alam ini dilontarkan dalam rangka menyoroti peran perempuan yang semakin signifikan dalam dunia politik dan kepemimpinan, baik di level nasional maupun internasional.
Menurutnya, laki-laki harus memahami bahwa perempuan memiliki kapasitas dan kemampuan yang sama dalam hal memimpin, dan bahwa mereka layak untuk dihormati dan diakui atas prestasi-prestasi yang telah dicapai.
“Hari ini, antara perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan dalam menjadi pemimpin dan laki-laki harus bisa menerima perempuan sebagai pemimpin karena laki-laki terlahir dari rahim perempuan,” ujarnya dengan tegas.
Acara yang dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat dan pemuda di Kolaka tersebut juga menjadi ajang bagi Nur Alam untuk membagikan pengalaman kepemimpinannya selama memimpin Sulawesi Tenggara.
Ia mengulas kembali berbagai program pembangunan yang telah dijalankannya, seperti Jembatan Bahteramas dan Masjid Al-Alam yang megah di atas Teluk Kendari, serta berbagai inisiatif kesejahteraan sosial seperti Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat yang diinisiasinya.
Ketua LBH Himpunan Advokat Muda Indonesia (HAMI) Kolaka, Andri Alman Assigaf, yang turut hadir dalam acara tersebut, menyampaikan apresiasinya atas kehadiran Nur Alam dan refleksi yang disampaikannya.
Menurut Andri, Nur Alam merupakan figur yang pantas mendapat gelar “Bapak Pembangunan Sultra” karena kontribusinya dalam membangun berbagai sektor di provinsi ini selama 10 tahun masa jabatannya.
“Selama bapak Nur Alam masih menjabat pada masa itu, bapak Nur Alam betul-betul membangun Sultra dari seluruh sektor yang ada, tidak salah predikat bapak pembangunan Sultra melekat padanya,” ungkap Andri.
Dialog politik tersebut tidak hanya menjadi ajang nostalgia bagi masyarakat Kolaka, tetapi juga memberikan perspektif baru tentang pentingnya kesetaraan gender dan inklusivitas dalam dunia kepemimpinan di masa depan.
Editor: Denyi Risman