Wakatobi – Sukses mengharumkan nama daerah di ajang Kejuaraan Daerah (Kejurda) Atletik se-Sulawesi Tenggara, atlet Wakatobi justru diperlakukan tak layak. Minimnya dukungan dari Pemerintah Kabupaten Wakatobi memaksa pelatih menjual handphone pribadi demi biaya pulang.
Pelatih atletik Wakatobi, Sofyan, mengatakan timnya meraih satu medali emas, lima perak, dan dua perunggu dalam Kejurda yang digelar di Kendari. Namun, di balik capaian itu, para atlet dan pelatih harus menanggung sendiri seluruh biaya keberangkatan dan kebutuhan selama pertandingan.
“Dukungan Pemda hanya Rp500 ribu dari proposal yang kami sodorkan sbeear Rp25 juta untuk empat atlet dan dua pelatih,” ungkap Sofyan, Senin (16/6).
Para atlet berlaga di nomor-nomor bergengsi, seperti lempar lembing senior, lari 1.500 meter, 800 meter putra-putri, hingga estafet 4×100 meter campuran. Namun tak satu pun fasilitas disiapkan oleh pemerintah daerah.
“Untung masih ada atlet-atlet Wakatobi asal Kaledupa yang mau wakili daerah. Tapi mungkin ini terakhir. Mereka bilang, sudah bela mati-matian nama Wakatobi, tapi air minum beli sendiri, baju tanding tidak disiapkan, dan untuk pulang harus jual HP. Kejurda saja kami sudah untung bisa ikut,” beber Sofyan.
Lebih miris lagi, meski menginap di Gedung Mes Wakatobi di Kendari, pelatih dan atlet tetap dikenai biaya sewa.
Keberangkatan tim kali ini hanya bermodal dana pribadi Rp1,5 juta ditambah bantuan Pemda sebesar Rp500 ribu. Situasi serupa juga terjadi saat Kejurda sebelumnya di Baubau, Mei lalu. Saat itu, dua atlet Wakatobi menyumbang empat medali emas dan dua perak.
“Waktu di Baubau, untung ada Ketua PASI Wakatobi dari Tegar Perkasa Grup yang bersedia membiayai. Hasilnya, dua atlet bawa pulang empat emas dan dua perak,” ujarnya.
Sofyan berharap Pemerintah Kabupaten Wakatobi memberi perhatian serius terhadap masa depan olahraga daerah. Ia menilai banyak talenta muda yang bisa bersinar jika mendapat dukungan yang layak.
Editor: Redaksi