Kendari – Seleksi Tilawatil Quran dan Hadis (STQH) Nasional XXVIII Tahun 2025 di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), tidak hanya menjadi ajang syiar keagamaan, tetapi juga membawa berkah ekonomi besar bagi masyarakat.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sultra mencatat, total omzet perdagangan di area pameran utama selama kegiatan berlangsung menembus lebih dari Rp 8 miliar.
Namun, jika dihitung secara keseluruhan, potensi perputaran uang di Kota Kendari selama STQH diperkirakan mencapai sekitar Rp 400 miliar.
Kepala Disperindag Sultra, Rony Yakub Laute, mengatakan, estimasi tersebut diperoleh dari rata-rata pendapatan harian pelaku usaha yang berpartisipasi langsung di arena STQH.
“Satu UMKM bisa meraih omzet sekitar Rp 3 juta per hari. Jika dikalikan sembilan hari dan 300 UMKM, totalnya sekitar Rp 8 miliar. Itu baru di area STQH saja,” ujarnya, Minggu, dikutip dari website resmi Kementerian Agama RI.
Rony menambahkan, angka itu belum termasuk aktivitas ekonomi ribuan pelaku UMKM lainnya di Kota Kendari yang turut menikmati dampak dari keramaian STQH.
“Jika seluruhnya dihitung, potensi peredaran uang bisa menembus lebih dari Rp 400 miliar,” ungkapnya.
Ia menyebut, kegiatan nasional seperti STQH memiliki efek ganda (multiplier effect) yang signifikan karena ikut menggerakkan sektor perhotelan, transportasi, kuliner, hingga industri oleh-oleh.
“UMKM kita bergairah, hotel penuh, penjualan oleh-oleh meningkat. Ini momentum besar, karena acara sebesar ini mungkin baru akan kita dapatkan lagi 30 tahun ke depan,” tambahnya.
Dari ribuan pelaku UMKM di Sultra, sekitar 300 di antaranya berpartisipasi langsung dalam pameran STQH di Kompleks Eks MTQ Kendari.
Produk unggulan seperti tenun dan anyaman nentu dari Lohia, Kabupaten Muna, menjadi primadona pengunjung dari berbagai daerah. Produk-produk tersebut merupakan bagian dari program One Village One Product binaan Pemerintah Provinsi Sultra.
Selain menjadi ajang promosi, kegiatan ini juga memperkenalkan pelaku usaha pada sistem transaksi digital berbasis QRIS.
“Ke depan kami akan lakukan pembinaan lanjutan karena transaksi digital sudah menjadi keharusan. Ini penting untuk menyongsong acara berskala nasional berikutnya,” kata Rony.
Bank Indonesia turut mendukung pelaksanaan pameran dengan menyediakan 50 booth tambahan bagi produk kriya dan UMKM binaan. Semua transaksi diatur secara digital untuk memastikan pencatatan yang transparan dan efisien.
“Dengan sistem digital, kita bisa mengetahui perputaran uang selama kegiatan. Data itu sangat penting untuk evaluasi dan pengembangan UMKM ke depan,” ujarnya.
Tingginya tingkat hunian hotel, meningkatnya permintaan transportasi, dan ramainya pusat oleh-oleh menjadi bukti nyata bahwa kegiatan keagamaan berskala nasional dapat memberikan dampak ekonomi luas.
Disperindag Sultra menilai, sinergi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan pelaku usaha lokal menjadi kunci keberhasilan tersebut.
“Kalau ini bisa kita kelola dengan baik, dampak STQH tidak hanya terasa selama acara, tetapi juga menjadi pijakan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan bagi UMKM di Sulawesi Tenggara,” tutup Rony.
Sementara itu, Plt Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama, Ahmad Zayadi, menilai pameran UMKM di ajang STQH merupakan wujud nyata sinergi antara dakwah dan pemberdayaan ekonomi umat.
“STQH tidak sekadar lomba tilawah, tetapi juga wahana menunjukkan wajah Islam yang produktif dan berdaya saing. Ketika dakwah bertemu dengan ekonomi kreatif, di situlah nilai keagamaan menemukan relevansinya dalam kehidupan masyarakat,” ujarnya.
Zayadi berharap, kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga keuangan, dan pelaku UMKM terus diperkuat pasca-STQH agar dampak positifnya berkelanjutan.
“Pemberdayaan ekonomi masyarakat harus menjadi bagian dari keberlanjutan program keagamaan,” katanya.
STQH Nasional XXVIII di Kendari menjadi bukti bahwa kegiatan keagamaan tak hanya menghadirkan syiar spiritual, tetapi juga membawa berkah ekonomi bagi daerah dan masyarakat.
Editor: Muh Fajar








