News  

Pertamina Tak Mau Disalahkan soal Motor Mogok Usai Isi Pertalite di SPBU Kendari

Integrated Terminal Manager Kendari, Supriyono Agung Nugroho (tengah) saat memberi keterangan pers di kantornya, Kamis (6/3). Foto: Wiwid Abid Abadi/Sultranesia.com.

Kendari – Kejadian motor mogok usai isi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite di SPBU Rabam Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) terus menjadi berbincangan hangat di tengah masyarakat.

Setelah menjadi bahan gunjingan sejak beberapa hari, PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Kendari akhirnya menggelar konfrensi pers di kantornya pada Kamis (6/3) pagi.

Awak media yang hadir menanyakan respon Pertamina terkait keluhan sejumlah ojek online (Ojol) yang motornya mogok usai mengisi Pertalite di SPBU Rabam pada Selasa (4/3) malam.

Integrated Terminal Manager Kendari, Supriyono Agung Nugroho, mengaku tidak tahu dan belum memastikan apakah BBM yang dibeli ojol dan menyebabkan motornya mogok adalah BBM produk Pertamina atau yang lain.

“Untuk dari teman-teman ojol kita tidak tahu ya, apakah prodak itu berasal dari SPBU yang prodaknya dari tangan kami, ataukah memang dari prodak yang telah dari beberapa lokasi yang lain, kita tidak bisa memastikan seperti itu,” kata Supriyono.

Kata Supriyono, timnya telah turun langsung ke SPBU Rabam sesaat setelah kejadian motor ojol mogok untuk melakukan pengujian. Hasilnya, Pertalite di SPBU Rabam kualitasnya masih sesuai standar.

“Tim kami turun langsung pada Selasa malam itu, jadi kita ambil secara langsung pada saat kejadian, dan hasil uji kita di internal, walaupun tidak disaksikan tim Polda maupun ESDM, hasilnya itu sama (Pertalite sudah sesuai standar),” ujarnya.

Supriyono juga tetap keukeh bahwa kualitas BBM yang mereka salurkan sudah sesuai standar. Terkait motor ojol yang mogok, dia bilang masih harus dilakukan pendalaman lagi. Untuk itu, dia meminta untuk tidak saling menyalahkan, termasuk menyalahkan Pertamina.

“Jadi sesuai yang saya sampaikan, kalau dari hasil pengujian kami bersama tim, kualitas BBM masih masuk spesifikasi. Untuk yang motor (ojol mogok) tadi itu perlu dilakukan pendalaman lagi, kita tidak bisa menyimpulkan, dan kita tidak bisa saling menyudutkan atau menyalahkan salah satu pihak, baik kami di Pertamina maupun yang punya motor,” katanya.

Dia kembali menyatakan belum bisa diambil kesimpulan bahwa fenomena motor mogok yang terjadi tersebut disebabkan oleh BBM dari Pertamina.

“Belum bisa kita ambil kesimpulan, karena harus dilakukan pengkajian, hingga melihat kondisi, kan kita tidak bisa lihat satu mobil atau satu motor saja terus kita bisa ambil kesimpulan bahwa itu karena BBM,” ungkapnya.

“Karena kemarin sesuai informasi dari Polda ada beberapa masyarakat yang melaporkan bahwa motornya mogok dengan alasan karena mutu kualitas BBM yang rusak, namun setelah ditelusuri dan bahkan dilakukan pendalaman, ternyata kondisi motornya sendiri yang mengalami kerusakan, jadi bukan dari BBM-nya,” sambungnya.

Supriyono melanjutkan bahwa pihaknya juga sudah melakukan peninjauan dan pengambilan sampel BBM di empat SPBU di Kota Kendari, di antaranya SPBU Saranani, SPBU Rabam, SPBU THR, dan SPBU By Pass.

Hasilnya, kata dia, untuk kuliatas BBM di empat SPBU tersebut masih sesuai standar yang ditetap Dirjen Migas.

Ada empat parameter yang diuji, kata dia, yakni kadar sulfur, destilasi, density 15, dan warna serta kecerahan baik bentuk maupun visualnya

“Dan pada intinya, menyatakan bahwa hasil produk yang kita salurkan ke seluruh SPBU di Sultra kita pastikan kondisinya sesuai mutu kualitas spesifikasi yang telah ditetapkan,” tegasnya.

Soal pengujian sampel yang dilakukan oleh internal Pertamina sendiri, namun tidak melibatkan tim independen juga menjadi pertanyaan. Sebab jika pengujian sampel dilakukan oleh internal Pertamina maka akan dianggap tidak fair.

Terkait hal itu, Supriyono membenarkan bahwa memang pengujian sampel dilakukan oleh internal Pertamina, alasanya agar hasilnya cepat diketahui.

“Itu sudah jadi kesepakatan tim kita, dari Pertamina, Polda dan ESDM, supaya mempercepat memperoleh hasil untuk sementara pengujian itu kita lakukan di internal Pertamina, karena posisinya di sini, prosesnya hanya sehari kita bisa peroleh hasilnya,” ungkapnya.

Meski pengujian sampel dilakukan di internal Pertamina, Supriyono menegaskan untuk tidak meragukan independensi dan integritas mereka.

“Untuk pemeriksaan di depot bisa kita yakinkan bahwa kita independen juga, dalam artian integritas, kita terbuka pengecekan dilakukan dari sejak proses penerimaan, penimbunan, bahkan sampe penyaluran, jadi sebelum penyaluran kita ambil sampelnya, kita lakukan tes internal,” ujarnya.

Pertamina, lanjut Supriyono, menyiapkan jalur pengaduan bagi masyarakat yang merasa BBM-nya tidak sesuai kualitas. Pihaknya akan turun langsung dan melakukan pengecekan secara berkala.

“Kalau memang ada keluhan, sebenarnya kita sudah menyiapkan linknya, jalurnya, kita bisa kontak, memasukan laporan pengaduan, apabila ada memang pengaduan masyarakat itu nanti akan coba kita kunjungi untuk pemeriksaan sampel yang ada di SPBU mana,” katanya.


Editor: Wiwid Abid Abadi

error: Content is protected !!
Exit mobile version