Penjabat (Pj) Bupati Muna Barat (Mubar) , Dr Bahri, mengunjungi Desa Santigi, Kecamatan Tiworo Utara, lalu Desa Tasipi, Tiworo Utara, dan Desa Katela, Tiworo Kepulauan pada Senin (11/7).
Desa-desa yang dikunjungi mantan Direktur Fasilitasi Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, Ditjen Bina Keuangan Daerah ini letaknya berada di pulau-pulau kecil di wilayah pesisir Mubar.
Sejumlah pulau ini juga adalah salah satu bagian dari saksi hidup Bahri. Sanak familinya telah tinggal dan beranak pinak di wilayah ini.
Setibanya di desa tersebut, Direktur Perencanaan Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) ini meninjau sejumlah fasilitas publik yang tersedia, dan meminta agar fasilitas masyarakat dilengkapi.
“Saya tidak terpisahkan dari orang-orang pesisir,” ucap Bahri.
Dr Bahri juga bertemu dengan anak-anak di desa tersebut. Dia memotivasi agar anak pesisir jangan merendah diri. Harus punya cita-cita tinggi.
“Kita orang pesisir, orang laut, jangan merendah diri. Yang namanya cita-cita, harus tinggi. Contohnya saya, mama saya lahir di Pulau Balu, Desa Santiri, Kecamatan Tiworo Utara. Saya walaupun orang pesisir, tapi saya bisa sekolah, bisa pendidikan, bisa masuk STPDN,” ucap Bahri kepada anak-anak.
Alumni 07 STPDN ini menitip pesan agar anak-anak pesisir tak menyerah dengan keadaan. Keterbatasan ekonomi bukan halangan untuk sekolah. Pasti ada jalan jika ada kemauan.
“Ibu saya orang nda punya apa-apa, ibu saya orang Tinanggea. Ibu saya tinggal di pasar, tapi saya sekolah. Dia bilang mama saya, biar anak-anakku sekolah, saya susah hidup juga yang penting anak-anak saya sekolah. Nyatanya kita nikmati sekarang,” kisah Bahri.
Dr Bahri menegaskan bahwa orang-orang pesisir juga mampu bersaing di bidang apapun di luar sana.
“Saya hanya pingin menyampaikan orang-orang pesisir, kita orang sama, jangan dibilang kita nda bisa apa-apa. Nyatanya kita bisa bersaing dimana-mana. Yang penting kita mau belajar. Itu yang saya ingin tanamkan. Jangan karena keterbatasan kita disini, kita tidak bisa meraih cita-cita,” pungkasnya.
Editor: Denyi Risman