Wakatobi – Pj Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Andap Budhi Revianto, mengirim bantuan untuk Leni, siswi yatim piatu di Wakatobi yang punya semangat tinggi untuk terus bersekolah.
Bantuan tersebut diterima Leni pada Jumat, 3 November 2023 malam di rumahnya di Dusun Langgaha Baru, Desa Wungka, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Bantuan tersebut berupa kebutuhan rumah Leni, Nenek dan kedua adiknya. Juga memberikan beasiswa.
Kepala Desa Wungka, Amin Rudi, yang menyaksikan penyerahan bantuan itu berterimakasih kepada Pj Gubernur Sultra atas perhatiannya terhadap salah satu warganya.
“Di samping Leni ini anak yatim piatu, kita tahu sendiri bagaimana kondisinya, makanya dengan adanya bantuan ini kami sangat bersyukur, harapan kami Leni bisa terus semangat terus bersekolah untuk masa depannya,” kata Amin.
“Kami mewakili keluarga Leni, mengucapkan terimakasih kepada Bapak Pj Gubernur atas bantuan ini. Kami sangat bersyukur, dan berharap bantuan ini bermanfaat,” imbuhnya.
Diketahui, Leni, adalah yatim piatu siswi kelas 1 SMA yang punya semangat tinggi untuk terus bersekolah dengan segala keterbatasannya.
Dia harus menempuh jarak sekitar 14 kilo meter pulang pergi dari rumahnya ke SMAN 1 Wangi-wangi demi mengejar cita-citanya menjadi seorang pengusaha.
Jarak yang sangat jauh dari rumahnya ke sekolah itu ditempuh Leni dengan berjalan kaki. Dia harus melewati kawasan hutan di desanya dan jalanan yang mendaki.
Saat ini, sekolah Leni memberlakukan masuk siang, sekitar pukul 12.30 WITA. Untuk bisa tepat waktu, Leni harus berangkat dari rumahnya sekitar pukul 10.00 WITA. Itupun kadang masih terlambat. Jika pulang sekolah sekitar pukul 4 sore, biasanya Lenih tiba di rumahnya magrib.
Leni merupakan anak yatim piatu yang tinggal di sebuah rumah sederhana di Dusun Langgaha Baru, Desa Wungka, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Di rumah itu dia tinggal bertiga bersama dua orang adiknya bernama Juma yang masih berusia 12 tahun, dan Dewi berusia 7 tahun.
Kedua orang tua Leni meninggal dunia saat ia masih SD. Setelah orangtuanya meninggal, Leni dan kedua adiknya dijaga oleh pamannya. Sayang takdir berkata lain. Pamanya juga meninggal dunia.
Leni kemudian diasuh oleh neneknya. Namun, neneknya terkena struk hingga lumpuh.
Segala kesulitan itu tak membuat Leni patah arang untuk terus melanjutkan pendidikannya. Sempat terbesit di fikiranya ingin putus sekolah, namun lagi-lagi dia tetap bangkit dan terus melajutkan sekolahnya hingga SMA.
“Pokoknya, saya ingin terus sekolah. Kalau bisa sampai kuliah. Saya ingin jadi pengusaha,” kata Leni ditemui jurnalis Sultranesia di SMAN 1 Wangi-wangi, Jumat, 20 Oktober 2023.
Untuk kebutuhan sehari-hari di rumah dan biaya sekolah, Leni dibantu oleh adiknya, Juma, dan juga tantenya.
Juma, adik Leni, terpaksa harus berhenti hanya sampai di sekolah dasar, dan tidak melanjutkan ke jenjang SMP demi bisa menopang kebutuhan kakak dan adiknya. Sehari-hari, Juma yang masih belia, berkerja sebagai buruh bangunan.
Leni juga tak berpangku tangan, untuk memenuhi kebutuhannya, Leni biasanya memetik kelapa dari kebun peninggalan mendiang orang tuannya lalu dijual ke pasar.
Tak seperti siswa-siswi lain yang bisa bermain sepulang sekolah, Leni tidak. Dia harus mengurus rumah, kedua adiknya, dan juga neneknya yang lumpuh di rumah tantenya.
Leni memang sudah terbiasa mandiri untuk terus bersekolah. Menurut dia, sewaktu menempuh pendidikan sekolah dasar, dia tak menerima beasiswa. Begitu pula saat sekolah menengah pertama, dia hanya menerima beasiswa miskin saat kelas tiga. “Waktu kelas satu dan dua SMP saya tidak dapat,” kata Leni.
Remaja kelahiran 21 September 2008 ini terus ingin menempuh pendidikan setinggi-tingginya di tengah keterbatasan ekonomi dan ditinggal kedua orang tuanya.
Editor: Muh Fajar