Daerah  

Ridwan Bae Tuding Tambang dan Sawit Biang Banjir Konawe Utara

Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Ridwan Bae, saat memberikan keterangan kepada wartawan di kediamannya, Kamis (10/4). Foto: Dok. Istimewa.

Kendari – Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Ridwan Bae, menuding perusahaan tambang dan perkebunan sawit sebagai biang keladi banjir besar yang melumpuhkan Jalur Trans Sulawesi di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Usai meninjau langsung lokasi banjir di Desa Sambandete, Kecamatan Oheo, Rabu (9/4), Ridwan menyebut aktivitas eksploitasi hutan di Konawe Utara dan Konawe sebagai pemicu utama bencana ekologis tersebut.

Politisi senior Partai Golkar asal Bumi Anoa itu menilai, kerusakan lingkungan akibat pembukaan lahan masif jauh lebih serius ketimbang faktor cuaca ekstrem atau keterbatasan infrastruktur. Ia menegaskan, lemahnya pengawasan dan pembiaran terhadap korporasi telah menciptakan bom waktu yang kini meledak.

“Saya minta Gubernur Sultra agar bertindak tegas terhadap penambang ataupun yang memiliki perkebunan, agar mereka segera melakukan penanaman terhadap bukaan di kawasan hutan,” tegas Ridwan, Kamis (10/4).

Pernyataan tersebut menjadi tamparan keras bagi Pemerintah Provinsi Sultra yang ia nilai gagal mengendalikan laju perusakan hutan. Menurutnya, proyek-proyek infrastruktur seperti jembatan atau saluran air tak akan efektif jika akar masalah tak disentuh.

“Tetapi itu, kalau kita bangun Jembatan Brayle dan jembatan layang, banjir akan tetap terjadi jika akar masalahnya tidak teratasi,” ujar mantan Bupati Muna dua periode ini.

Ia menilai penanganan yang setengah-setengah hanya memberi ilusi solusi. Selama kerusakan hutan dibiarkan, banjir akan terus berulang.

“Ini tidak bisa separuh-separuh penanganannya, harus secara menyeluruh,” tegas legislator tiga periode itu.

Ridwan tak ragu mengarahkan kritik langsung kepada Gubernur Sultra, Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka. Ia mendesak gubernur segera mengambil tindakan terhadap korporasi tambang dan sawit yang membuka lahan secara brutal di kawasan hutan.

“Kenapa saya minta Gubernur? Karena bukan hanya di Konawe Utara penyebabnya, tetapi di Konawe juga. Yang bisa mengintervensi dan mempunyai kewenangan, ya Gubernur, karena penyebabnya bukaan di dua kawasan hutan di Kabupaten Konawe Utara dan Konawe,” bebernya.

Ridwan juga menegaskan bahwa banjir tersebut bukan lagi sekadar bencana lokal. Debit air yang tinggi meski tanpa hujan, menurutnya, merupakan tanda jelas adanya banjir kiriman dari wilayah yang lebih luas dan rusak.

“Walaupun tidak hujan, airnya cukup kencang. Berarti ada banjir kiriman, berarti penyebabnya bukan hanya dari Konawe Utara saja,” jelasnya.

Ketika disinggung soal dugaan keterlibatan perusahaan besar seperti PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), Ridwan tidak membantah.

“Ada kaitannya (PT SCM di Konawe), makanya saya minta Gubernur bertindak tegas,” pungkas pria kelahiran 1 Desember 1957 itu.


Editor: Denyi Risman

error: Content is protected !!