Berita  

Smarthajj Bantah Tuduhan Telantarkan Jemaah Umroh, Sebut Vendor Tiket Bermasalah

Perwakilan Smarthajj, Juleo Adi Pradana, memberikan keterangan pers terkait tuduhan penelantaran jemaah umroh, Minggu (16/2). Foto: Dok. Istimewa.

Kendari – Agen perjalanan umroh Smarthajj akhirnya angkat bicara terkait tuduhan penelantaran jemaah yang sempat viral di media sosial. Dalam konferensi pers yang digelar pada Minggu (16/2), perwakilan Smarthajj, Juleo Adi Pradana, menegaskan bahwa pihaknya beroperasi sesuai prosedur Kementerian Agama dan bekerja sama dengan agen resmi Duta Putra Delima.

Smarthajj Klaim Beroperasi Sesuai Prosedur

Juleo membantah tuduhan bahwa keberangkatan jemaah melalui Smarthajj bersifat ilegal. Ia menegaskan bahwa perusahaannya berada di bawah naungan agen resmi yang telah terdaftar di Kementerian Agama.

“Smarthajj itu pusat informasi haji dan umroh, kami salah satu agen Duta Putra Delima. Nanti boleh dicek di Siskopatuh ada namanya Duta Putra Delima. Jadi kalau dibilang keberangkatan kami ilegal itu tidak benar karena kami resmi, menggunakan Siskopatuh yang dikeluarkan oleh Kemenag. Kami berangkat sesuai dengan legalitas Duta Putra Delima. Kemudian secara visa kami juga menggunakan visa yang resmi, yakni visa umrah, bukan visa ziarah,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia juga membantah tuduhan terkait penyediaan tiket palsu. Menurutnya, tiket perjalanan telah dibeli dari vendor resmi dengan bukti pembayaran yang tercatat dalam invoice.

“Mengenai tiket palsu, kami ini ada kerja sama dengan vendor tiket. Kita sudah melakukan pembayaran secara lunas, ada invoicenya terlampir dari jumlah pembayarannya hingga jadwal keberangkatan, mulai dari tiket pergi sampai dengan tiket kepulangan,” katanya.

Kronologi Keberangkatan dan Kendala Tiket

Juleo menjelaskan bahwa jemaah seharusnya berangkat pada 22 Januari 2025 dengan rute Makassar–Kuala Lumpur–Jeddah dan kembali melalui rute yang sama. Namun, enam hari sebelum keberangkatan, vendor tiket yang bekerja sama dengan mereka tidak menyediakan tiket domestik untuk penerbangan Batik Air, sehingga Smarthajj terpaksa mengubah rute perjalanan menjadi Jakarta–Singapura–Jeddah.

Masalah juga terjadi dalam perjalanan pulang, di mana jemaah mengalami keterlambatan di Manila karena tiket lanjutan yang belum tersedia.

“Jamaah berangkat, namun sempat tertahan beberapa hari di Bangkok karena menunggu tiket dari vendor. Saat kepulangan pun, tiket kami belum tersedia. Pada 2 Februari, sekitar 60 tiket keluar dengan rute Jeddah–Manila–Malaysia–Jakarta. Namun, saat tiba di Manila, tiket Manila–Malaysia belum rilis, sehingga jemaah tertahan di imigrasi,” ungkapnya.

Menurut Juleo, tiket yang akhirnya dikirim oleh vendor ternyata tidak valid, dan jemaah baru menyadari hal ini setelah keluar dari imigrasi serta mendapati nama mereka tidak tercantum dalam manifest penerbangan.

Penanganan Jemaah dan Kasus Kematian Salah Satu Jemaah

Dalam kesempatan yang sama, Smarthajj juga menjelaskan mengenai salah satu jemaah yang meninggal dunia dalam perjalanan pulang. Juleo menegaskan bahwa pihaknya telah memberikan bantuan maksimal kepada almarhum dan keluarganya.

“Terkait korban yang meninggal dunia, jamaah sudah terbang dari Filipina. Ketika mendarat di Malaysia, saat berdiri dari kursi, ia terjatuh dan tidak sadarkan diri. Kami langsung mengirimkan orang dari Jakarta yang memahami proses pengurusan jenazah dan berkoordinasi dengan keluarga. Alhamdulillah, jenazah bisa dipulangkan ke Indonesia sampai di Baubau dengan seluruh biaya ditanggung pihak travel,” ujarnya.

Sanusi (68), salah satu jemaah yang mengalami langsung insiden keterlambatan tiket di Manila, juga turut memberikan kesaksian.

“Kami tiba di Manila menunggu tiket lanjutan, paspor kami dikumpulkan dan tertahan sekitar 29 jam. Pada akhirnya, saat ada tiket, kami berangkat ke Malaysia. Teman saya, almarhum, ketika pesawat tiba, berdiri dan langsung jatuh tidak sadarkan diri. Dari pihak travel langsung membantu. Waktu itu juga ada dari pihak KBRI yang turut membantu kami,” ungkapnya.

Sanusi menambahkan bahwa meskipun ada keterlambatan tiket, ia tidak merasa ditelantarkan oleh pihak travel.

“Memang perjalanan agak jauh karena pindah-pindah pesawat, tapi tetap kami dijamin oleh pihak travel. Cuma di Manila ada sedikit keramaian karena keterlambatan tiket. Pada intinya, pihak travel tidak lepas tangan,” katanya.

Sementara itu, Rolin Jumain, jemaah lain, menjelaskan mengenai meninggalnya seorang jemaah di Makkah.

“Pas mau umroh ketiga, almarhum ini meninggal di klinik, dibantu oleh pihak travel dan mutoif. Kami ambil jenazahnya, disalatkan di Masjidil Haram, dan dimakamkan di sana,” jelasnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa almarhum memiliki riwayat stroke dan menjalani perjalanan umroh sebagai bagian dari ikhtiarnya untuk sembuh.

Smarthajj Akan Tempuh Jalur Hukum

Smarthajj menyatakan akan membawa kasus ini ke ranah hukum. Juleo mengungkapkan bahwa pihaknya telah melayangkan somasi kepada vendor tiket dan akan membawa kasus ini ke Polda Sulawesi Tenggara.

“Kami sangat dirugikan oleh pihak vendor tiket. Jemaah yang niatnya beribadah dengan khusyuk justru harus mengalami kelelahan dan emosi akibat masalah ini. Kami sudah mengirimkan somasi kedua kepada pihak vendor tiket, insyaAllah besok kita akan lanjutkan ke Polda untuk laporan kepolisian,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa Smarthajj tetap bertanggung jawab hingga para jemaah kembali ke Indonesia dengan selamat.

“Kami tidak menelantarkan, karena tetap bertanggung jawab. Sampai saat ini kami telah mencoba komunikasi dengan influencer yang bersangkutan, tapi apa yang dibicarakan oleh beliau adalah haknya sebagai seorang jemaah yang berkeluh kesah. Saya rasa masih wajar, walaupun jadi ramai seperti ini,” katanya.

Lebih lanjut, Juleo juga memastikan bahwa seluruh jemaah mendapatkan pendampingan selama perjalanan, dengan tiga tour leader yang menemani kelompok di Filipina dan Jeddah. Ia sendiri bahkan menjadi orang terakhir yang kembali dari Jeddah untuk memastikan semua jemaah dapat pulang dengan selamat.

“Terkait laporan di Polda Sultra, pastinya kita tidak akan lari dari proses hukum yang ada. Kami akan tetap mengikuti proses ini sampai tuntas,” tutupnya.


Editor: Wiwid Abid Abadi

error: Content is protected !!