Oleh: Laode Rahmat Apiti
Sektor pariwasata salah satu potensi yang banyak dimiliki Sulawesi Tenggara. Setiap kabupaten kota memiliki potensi wisata yang beragam dan daya tarik tersendiri.
Berbagai potensi wisata yang dimiliki kabupaten dan kota ada juga yang sudah menggarap secara profesional, bahkan pengelolaannya diserahkan ke pihak swasta, tapi tak bisa juga dinafikkan berbagai potensi yang ada masih sebatas slogan pemerintah daerah dan atau masih dilirik sebelah mata.
Pariwisata belum menjadi fokus pemerintah kabupaten kota untuk dijadikan program utama sebagai sumber PAD dan atau menjadi sentral pertumbuhan ekonomi masyarakat karena sektor ini butuh kebijakan yang fokus, dan pasokan anggran yang memadai.
Bahkan faktanya urusan pariwisata menduduki nomor buncit dalam program pembangunan dan atau alias dianak tirikan.
Bila pariwisata menjadi sektor unggulan pemerintah kabupaten kota, pariwisata Sultra akan dikenal dan menjadi daerah tujuan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Di samping itu berbagai sektor produktif tumbuh di lingkungan sekitar obyek wisata, seperti vila, penginapan, rumah makan dan secara tidak langsung membuka lapangan kerja.
Keindahan alam Sultra begitu memesona, bahkan memiliki daya tarik khusus yang tidak dimiliki daerah lain. Pulau labengki misalnya sebagai destinasi wisata yang banyak diminati wisatawan domestik dan mancanegara.
Bila sektor pariwisata berkembang akan memberi dampak yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar. Kehadiran wisatawan akan merangsang masyarakat sekitar untuk membangkitkan ekonomi kreatif.
Penataan pariwisata bukan hanya dalam ranah pembangunan infrastruktur pendukung tapi juga pada sektor kebijakan dan pengelolaan dan atau manajemen.
Bila kita potret pengelolaan pariwisata sebagian besar pengelolaannya masiH didominasi oleh instansi teknis (Dinas Pariwisata).
Pariwisata bila masih didominasi pemerintah yang mengelola kurang berkembang dan bahkan tidak terurus karena dikelola tidak profesional bahkan dalam konteks tertentu akan tebengkalai karena SDM birokrasi terbatas serta minimnya inovasi.
Sulitnya berkembang sektor pariwisata di Sultra menurut hemat penulis ada beberapa faktor pemicu. Pertama perangkap birokrasi. Urusan wista bila masuk dalam perangkap birokrasi nasibnya akan tragis karena berbagai potensi tidak akan maksimal dikelola, sebab SDM birokrat masih minim yang paham melakukan inovasi berbagai potensi wisata alias keterbatasan SDM yang memadai menjadi kendala, di samping itu kalaupun ada agenda wisata atau iven wisata yang dibuat sebatas rekreatif, tidak visibel dan sustainabel bahkan cenderenung eksploitatif.
Kedua, minim promosi. Salah satu faktor penting untuk menggaet wisatawan yakni melakukan promosi secara masif.
Promosi tidak hanya sebatas iklan atau sosialisasi pola birokrasi. Namun promosi dan atau menjual potensi wisata saa ini sudah moderen dan maju
efek dari promosi yang minim tentu wisatawan tidak akan mengenal daerah tersebut serta tidak akan menarik investor untuk melakukan investasi.
Digital marketing menjadi trend kekinian untuk mempromosikan produk termasuk obyek wisata, pelibatan selebgram, youtuber, blogger dalam mempromosikan wisata.
Berbagai tempat wisata di daerah lain terkenal dan seksi karena promosi yang masif dengan memanfaatkan tenaga-tenaga profesional di bidang ini.
Ketiga, infrastruktur pendukung, selain dua hal di atas yang tidak kalah pentingnya yakni insfrastruktur. Berbagai tempat wisata lokasinya sulit dijangkau akibat akses jalan dan jembatan yang rusak parah sehingga menimbulkan biaya tinggi untuk sampai ke lokasi tujuan. Akibatnya kunjungan wisatawan domsetik maupun manca negara sangat minim dan efeknya berbagai obyek wisata tersebut terlantar dan atau terabaikan, untuk itu pembangunan tempat wisata tidak boleh parsial tapi harus komprehensif karena saling terkait.
Untuk keluar dari problematika di atas pemerintah sudah harus melakukan pembenahan kebijakan serta mebuat blue print bidang wisata.
Pelibatan masayarakat dan atau investor dalam pengembangan pariwisata mutlak dilakukan bila obyek wisata di daerah kita mau sejajar dengan daerah lain.
Bali, Jogjakarta, dua provinsi yang berkembang pesat industri pariwisatanya, dua provinsi tersebut melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangannya, kehadiran investor disambut baik dengan membuat regulasi yang ramah investasi dan tanpa mengesampingkan keterlibatan masyarakat lokal.
Tentu kita berharap ke depan Sultra tidak hanya dikenal sebagai daerah yang kaya sumber daya mineralnya tapi juga memiliki tempat wisata yang memikat untuk dikunjungi dan partisipasi masyakarat salah satu urat nadi dan atau doping pengembangan wisata. Semoga.
*) Penulis adalah Wakil Ketua Umum Kadin Sulawesi Tenggara Bidang Perbankan.