Kendari – Sulawesi Tenggara kembali diguncang serangkaian gempa bumi pada Kamis (3/10). Sejak pagi hingga siang hari, beberapa wilayah di provinsi ini mengalami getaran yang berasal dari aktivitas seismik yang berbeda.
Gempa pertama terjadi pada pukul 05:38 WITA dengan kekuatan M=2.8, mengguncang wilayah Mandonga, Kota Kendari. Gempa susulan dengan magnitudo M=2.2 dan M=3.4 kemudian menyusul di wilayah lain, tepatnya di Konawe Selatan dan Konawe Kepulauan.
Menurut Kepala Stasiun Geofisika Kendari, Rudin, gempa yang mengguncang Mandonga pagi tadi berasal dari aktivitas Sesar Kendari Segment North.
“Ini merupakan gempa bumi dangkal, karena episenternya berada di darat, sekitar 0.7 km Timur Laut Mandonga, dengan kedalaman hanya 5 km,” ungkapnya.
Guncangan tersebut dirasakan oleh sebagian warga Kendari dengan intensitas II-III MMI. Meskipun getarannya cukup terasa, tidak ada laporan kerusakan yang muncul, dan pemodelan BMKG memastikan tidak ada potensi tsunami.
Namun, fenomena ini belum berhenti di sana. Pukul 09:00 WITA, gempa kedua terjadi di Timur Laut Buke, Konawe Selatan, dengan kekuatan lebih kecil, yaitu M=2.2 pada kedalaman 5 km.
Beberapa jam kemudian, pada pukul 12:44 WITA, gempa ketiga berkekuatan M=3.4 mengguncang wilayah Timur Laut Wawonii, Konawe Kepulauan. Kedalaman gempa kali ini mencapai 10 km.
Rudin menegaskan bahwa rangkaian gempa ini adalah hal yang wajar di wilayah tektonik aktif seperti Sulawesi Tenggara.
“Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” ujar Rudin.
Hingga berita ini ditulis, belum ada laporan kerusakan dari ketiga gempa tersebut. Pihak BMKG menekankan pentingnya tetap waspada, terutama bagi warga yang tinggal di dekat episenter.
Meski demikian, rangkaian gempa ini juga menjadi pengingat bahwa Sulawesi Tenggara berada di kawasan rawan gempa. Pemerintah setempat diimbau untuk memastikan bangunan-bangunan publik dan rumah warga sudah sesuai standar tahan gempa guna meminimalisir risiko kerusakan yang lebih parah di masa depan.
BMKG kembali menegaskan agar informasi resmi hanya diperoleh melalui kanal-kanal yang terverifikasi, termasuk media sosial dan aplikasi resmi BMKG.
Laporan: Denyi Risman