Kendari – Wali Kota Kendari, Siska Karina Imran, terus mendorong terwujudnya pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat di seluruh wilayah Kota Kendari. Sebanyak 11 kecamatan dan 11 kelurahan ditetapkan sebagai daerah percontohan dalam upaya membangun budaya baru pengelolaan sampah dari sumbernya.
Langkah ini dilakukan untuk memperkuat kesadaran masyarakat agar mampu mengelola sampah sejak dari rumah tangga, melalui penerapan sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan pemberdayaan bank sampah di tiap kelurahan.
Komitmen tersebut disampaikan Wali Kota Siska saat meninjau kegiatan warga di Lorong Kodya, Kelurahan Watu-Watu, Jumat (31/10).
Dalam kunjungannya, ia menyaksikan langsung bagaimana masyarakat mampu mengubah sampah rumah tangga menjadi sumber ekonomi melalui sistem tabungan bank sampah.
Menurut Siska, pengelolaan sampah yang baik harus dimulai dari rumah tangga. Sampah tidak boleh langsung dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), melainkan harus dikelola dan dimanfaatkan agar memiliki nilai ekonomi.
“Sampah bukan musuh kita, justru sampah adalah uang. Sampah itu kita yang hasilkan, jadi harus kita kelola agar bisa memberikan manfaat,” ujarnya.
Ia meminta seluruh camat dan lurah aktif mendukung program ini dengan menyiapkan lokasi permanen bagi pengembangan bank sampah di wilayah masing-masing. Khusus untuk Kecamatan Kendari Barat, ia menugaskan camat setempat segera menyiapkan tempat khusus untuk pusat pengelolaan terpadu.
Siska menilai, membiasakan masyarakat memilah sampah sejak dari rumah menjadi langkah penting menciptakan lingkungan bersih dan produktif. Masyarakat diharapkan dapat memilah sampah organik, anorganik, bahan berbahaya dan beracun (B3), serta residu agar pengelolaan berjalan efektif dan berkelanjutan.
Pengelola Bank Sampah RT 2 RW 5 Kelurahan Watu-Watu, Geby Marini, menceritakan bahwa kegiatan ini telah berjalan lebih dari tiga tahun. Setiap Sabtu, warga datang menimbang 15 jenis sampah yang mereka kumpulkan. Nilai hasilnya dicatat sebagai tabungan, bukan langsung diuangkan.
“Sampai sekarang sudah terkumpul lebih dari Rp 40 juta dari hasil tabungan warga. Setiap dua minggu kami menjual hasil sampah sekitar Rp 2 juta. Kalau tidak ada bank sampah, mungkin semua sampah itu akan berakhir di sungai atau di pinggir jalan,” kata Geby.
Melihat keberhasilan tersebut, Wali Kota meminta agar pengumpulan sampah dilakukan setiap hari, bukan hanya seminggu sekali, agar masyarakat semakin terbiasa memilah dan mengelola sampah dari rumah.
Siska juga menugaskan Geby untuk menjadi narasumber dalam kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah di 11 kelurahan percontohan. Ia bahkan menginstruksikan Sekretaris Daerah untuk memberikan honorarium sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi Geby.
“Saya minta Bu Geby dilibatkan sebagai pembicara resmi dalam sosialisasi nanti. Beri penghargaan yang layak, karena sejak 2022 beliau sudah membuktikan bahwa sampah bisa memberikan manfaat ekonomi bagi warga,” ujar Siska.
Sebagai bentuk dukungan, Wali Kota juga menyerahkan satu unit laptop untuk Bank Sampah Kodya yang selama ini mencatat transaksi secara manual. Ia berharap, perangkat tersebut dapat membantu mempercepat proses pendataan dan penimbangan sampah secara digital.
Sebelum kunjungan lapangan, Sekretaris DLHK Kota Kendari, Arnaldo, menjelaskan proses pemilahan sampah yang diterapkan dalam program ini bertujuan untuk mengurangi volume sampah yang diangkut ke TPA, sehingga hanya tersisa residu yang benar-benar tidak bisa diolah.
Melalui gerakan ini, Pemerintah Kota Kendari berharap pengelolaan sampah tidak lagi menjadi beban, melainkan peluang ekonomi baru yang mampu memperkuat kesejahteraan masyarakat dan menjaga kebersihan kota.
Editor: Muh Fajar








