Wartawan Didorong dan Dipukul Ajudan Gubernur Sultra Saat Tanya Soal Mantan Koruptor

Tangkapan layar momen ajudan Gubernur Sultra diduga mendorong wartawan saat wawancara doorstop di depan Aula Bahteramas, Kantor Gubernur Sulawesi Tenggara, Selasa (21/10). Foto: Dok. Istimewa.

Kendari – Upaya wartawan MetroTV, Fadli, meminta klarifikasi kepada Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Andi Sumangerukka terkait pelantikan mantan narapidana korupsi sebagai pejabat eselon IV di lingkungan Pemerintah Provinsi Sultra berujung pada dugaan tindakan kekerasan.

Dua ajudan Gubernur diduga melakukan tindakan represif dengan mendorong, menghalangi, hingga memukul ponsel yang digunakan Fadli untuk merekam wawancara.

Peristiwa itu terjadi di Aula Bahteramas Kantor Gubernur Sultra pada Selasa, 21 Oktober sore, sesaat setelah kegiatan penyerahan bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada 800 ribu pelaku UMKM yang diikuti secara virtual.

Usai acara, sejumlah wartawan dari berbagai media seperti Andi May dari SCTV Kendari, Akbar Fua dari Liputan6.com, Krismawan dari Indosultra.com, dan Ahmad dari Nawalamedia bersiap melakukan wawancara doorstop di pintu keluar aula.

Awalnya, wawancara berlangsung normal. Gubernur menjawab sejumlah pertanyaan seputar program KUR dengan tenang. Namun suasana berubah tegang ketika Fadli mengajukan pertanyaan mengenai pelantikan Aswad Mukmin, mantan terpidana korupsi yang kini menjabat Kepala Seksi di Dinas Cipta Karya Pemprov Sultra.

Menurut penuturan Fadli, Gubernur sempat merespons santai bahkan tertawa kecil. Namun tidak lama kemudian, dua ajudannya datang dan langsung mendorong tubuh Fadli agar menjauh.

“Tiba-tiba ajudan datang, mendorong saya agar menjauh dari gubernur. Sejurus dengan itu, datang lagi satu ajudan lain berambut gondrong dan bermasker hitam juga ikut menghalangi dan melarang kami melanjutkan wawancara,” ujar Fadli.

Tidak berhenti di situ. Saat Fadli mencoba kembali mendekat untuk melanjutkan pertanyaan, ajudan berambut gondrong berbadan tegap itu justru memukul ponsel yang digunakan sang jurnalis untuk merekam.

“Saya bilang, kenapa halangi saya? Tapi ajudan itu menjawab, ‘sudah cukup’. Gubernur saat itu langsung pergi seolah hanya membiarkan ajudannya menghalang-halangi saya,” kata Fadli.

Insiden tersebut terjadi di depan sejumlah wartawan lain yang turut menyaksikan langsung tindakan itu. Beberapa jurnalis mengaku terkejut dengan sikap berlebihan para ajudan yang tampak panik begitu pertanyaan menyentuh isu pejabat eks narapidana korupsi.

Hingga berita ini diterbitkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Pemerintah Provinsi Sultra maupun Gubernur Andi Sumangerukka terkait dugaan tindakan kekerasan dua ajudannya terhadap wartawan.


Editor: Redaksi

error: Content is protected !!