Kendari – Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sulawesi Tenggara (Sultra), Yusmin, tak menginginkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melahirkan alumni yang hanya menjadi kuli. Dia ingin, SMK melahirkan wirausahawan muda yang kompetitif di bidangnya masing-masing.
Hal itu ia sampaikan usai mengunjungi SMK Negeri 1 Kolaka dalam rangka hari jadi sekolah tersebut yang ke 55 tahun pada Rabu (15/3).
Hal yang sama juga ia sampaikan saat mengunjungi SMKN 1 Unaaha di Kabupaten Konawe.
Dalam sambutannya, Yusmin ingin SMKN 1 Kolaka, SMKN 1 Unaaha dan SMK lain di Sultra mengkampanyekan merdeka belajar, memberi ruang-ruang kepada siswa untuk berkreatifitas sesuai minatnya masing-masing.
“Sebab di sekolah ini ada anak-anak kita yang akan menjadi masa depan bangsa,” ujarnya.
Yusmin menginstruksikan agar SMK yang ada di Sultra turut mengkampanyekan merdeka belajar ke seluruh masyarakat.
“Agar masyarakat tahu bahwa siswa- siswi dan guru- guru kita memiliki kebebasan dalam proses belajar mengajar, di manapun kapanpun dan apapun yang diajarkan demi kepentingan anak kita ke depan,” tegasnya.
Yusmin juga menegaskan bahwa dia tak ingin SMK di Bumi Anoa melahirkan lulusan yang hanya akan menjadi kuli, dia ingin SMK melahirkan wirausahawan muda yang kompetitif di masa depan.
“Saya tidak bangga kalau ada anak- anak SMK yang PKL di hotel yang hanya memperbaiki sprei, kasur, dan membersihkan toilet, itu bukan kebangaan,” katanya.
“Apalagi kalau sampai ke depan anak-anak kita mejadi itu (kuli), jadi jawaban saya tidak, inilah yang kita mau rubah ke depannya,” tegasnya.
Pihak SMK, kata Yusmin, harus berkreatifitas secara bebas dan luas untuk membentuk karakter anak didiknya menjadi wirausahawan muda. Bukan menjadi kuli.
Yusmin mencontohkan kreatifitas dalam mengajar agar menumbuhkan skill siswa didiknya, yakni pihak sekolah membeli seragam dari hasil kratifitas siswa-siswi itu sendiri. Bisa dengan cara membuat sendiri dengan alat-alat yang tersedia, bisa juga dengan menggandeng UMKM.
“Contoh, kalau bisa kepala sekolah dan guru-guru bajunya dibuatkan dari kreatifan para siswa- siswi. Begitu juga dengan seragam sekolah anak-anak, dibuat dari mereka sendiri,” ucapnya.
Untuk itu, sebagai langkah seriusnya menciptakan alumni SMK yang mumpuni, Yusmin menginstruksikan agar seluruh kepala sekolah SMK membeli baju seragam siswa maupun guru-guru dari hasil kratifitas siswa-siswinya sendiri, tak perlu membeli di luar.
“Kalau kita beli seragam hasil kreatifitas anak-anak didik kita, mereka akan bangga. Jadi, jangan bangga kalau anak-anak kita PKL di hotel, di sana hanya jadi babu, tidak perlu lagi begitu itu,” tegasnya.
Yusmin mengingatkan, ke depan anak-anak yang melakukan PKL harus sesuai dengan jurusannya. Dia juga berharap ke depan mutu guru dapat ditingkatkan sehingga lulusan SMK ini bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan modal dasar skill yang sudah dimiliki.
“Kita akan buktikan, ke depan anak-anak kita ini berguna bagi daerah dan bangsa, dan akan dibutuhkan oleh banyak perusahaan,” pungkasnya.
Editor: Wiwid Abid Abadi