Kendari – Aroma panas menjelang Musyawarah Daerah (Musda) XI Partai Golkar Sulawesi Tenggara (Sultra) mulai tercium. Di tengah spekulasi tentang campur tangan elite partai dalam kontestasi, Ketua Panitia Musda XI, Abu Hasan, mengambil sikap tegas: tidak ada cawe-cawe.
Dalam wawancara khusus pada Kamis (10/4), Abu Hasan membantah keras dugaan adanya intervensi dari para senior maupun petinggi partai. Pernyataan ini mencuat di tengah situasi internal yang kian dinamis dan penuh manuver menjelang pemilihan Ketua DPD I Golkar Sultra.
“Tidak ada cawe-cawe dari petinggi Golkar, baik dari DPP maupun para senior. Saya sebagai panitia melihat para senior ini juga akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pemilik suara untuk menentukan arah Golkar ke depan. Tidak ada intervensi dari senior,” ujarnya.
Pernyataan Abu Hasan seolah menjadi penegasan bahwa Musda kali ini akan dijalankan dengan mekanisme yang terbuka dan demokratis. Hal ini sekaligus membantah persepsi lama bahwa suara pemilik mandat kerap diarahkan oleh kekuatan yang tak tampak di permukaan.
Abu Hasan menekankan bahwa Musda harus menjadi ruang kontestasi yang sehat, bukan ajang adu kuasa antar elit. Ia menilai semangat kolektif dan soliditas kader merupakan unsur utama yang seharusnya menjadi roh dari proses politik di tubuh Partai Golkar.
“Golkar tidak boleh hanya ditentukan oleh sosok. Kemajuan Golkar tidak semata karena kekuatan ketua, tapi lebih pada hadirnya kader-kader terbaik yang berasal dari berbagai latar belakang organisasi,” kata mantan pengurus ormas Golkar era 90-an itu.
Abu Hasan, yang juga pernah menjabat sebagai Bupati Buton Utara, mengingatkan agar Musda tidak dijadikan medan untuk memperkuat dikotomi internal. Ia menyerukan agar semua pihak mengedepankan prinsip meritokrasi dan menjauhkan diri dari politik identitas, baik berdasarkan wilayah maupun generasi.
“Tidak ada dikotomi tua-muda di Golkar. Tidak ada klaster daratan-kepulauan. Yang ada adalah prestasi, dedikasi, loyalitas, tidak tercela (PDLT), serta kesalehan, baik itu kesalehan individual maupun sosial,” tegasnya.
Editor: Denyi Risman